Rabu 15 Apr 2020 13:35 WIB

Campak Dapat Mewabah Akibat Pandemi Covid-19

Akibat terganggunya program imunisasi saat pandemi Covid-19, campak dapat mewabah.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Bayi terkena campak. Akibat terganggunya program imunisasi saat pandemi Covid-19, campak dapat mewabah.
Foto: ABC
Bayi terkena campak. Akibat terganggunya program imunisasi saat pandemi Covid-19, campak dapat mewabah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wabah campak dapat kembali terjadi sebagai akibat pandemi virus corona jenis baru penyebab Covid-19 yang sedang berlangsung sejak akhir tahun lalu. Dilansir BBC, para pejabat kesehatan di Inggris mengatakan bahwa kemungkinan mewabahnya campak dilatari oleh tertundanya beberapa program vaksinasi.

Unicef dalam sebuah pernyataan juga mengatakan bahwa 117 juta anak-anak di 37 negara mungkin tidak bisa mendapatkan imunisasi tepat waktu. Ada beberapa wabah besar melanda negara-negara di seluruh Eropa, di mana serapan vaksin MMR atau vaksin yang terdiri dari tiga komponen, yaitu mumps (gondongan), measles (campak), dan rubella, tercatat rendah.

Baca Juga

Inggris saat ini dilaporkan kehilangan status bebas campak karena meningkatnya kasus infeksi yang berpotensi mematikan. Penyakit yang menyebabkan orang mengalami batuk, ruam, dan demam itu dapat dicegah dengan dua dosis vaksin MMR yang tersedia gratis untuk semua anak di negara Eropa itu.

Tercatat sebanyak 95 persen anak berusia lima tahun di Inggris telah melakukan vaksin MMR pertama. Tetapi, hanya 87,4 persen yang melanjutkan vaksin tersebut di tahap kedua.

Mengingat campak sangat menular, penurunan angka imunisasi yang sangat sedikit pun dapat berdampak luas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, negara-negara tanpa wabah campak aktif dapat menghentikan sementara kampanye imunisasi jika perlu.

Terdapat 24 negara yang dinyatakan sudah menangani wabah campak skala besar dan memutuskan untuk memunda imunisasi di tengah pandemi Covid-19. Termasuk di antaranya adalah Bangladesh, Brasil, Bolivia, Kamboja, Chad, Chili, Kolombia, Djibouti, Republik Dominika, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Honduras, Kazakhstan, Kirgistan, Libanon, Maladewa, Meksiko, Nepal, Nigeria, Paraguay, Somalia , Sudan Selatan, Ukraina, dan Uzbekistan.

Meski demikian, Unicef mengatakan, jalannya program imunisasi bisa lebih terganggu. Para pemimpin negara yang terpaksa menghentikan program imunisasi di tengah wabah Covid-19 pun diminta untuk mengintensifkan upaya melacak anak-anak yang tidak divaksinasi sehingga populasi yang paling rentan dapat diberikan vaksin campak segera setelah dimungkinkan untuk melakukannya.

"Gangguan pada layanan vaksin rutin akan meningkatkan risiko anak-anak tertular penyakit mematikan, menambah tekanan saat ini pada layanan kesehatan nasional dan berisiko pandemi kedua penyakit menular,” ujar juru bicara Unicef, Joanna Rea.

Inggris terus menawarkan MMR kepada anak-anak sebagai bagian dari jadwal imunisasi rutinnya. Mary Ramsay, Kepala Imunisasi di Kesehatan Masyarakat Inggris, mengatakan bahwa program imunisasi nasional sangat berhasil dalam mencegah penyakit serius yang dapat mengancam jiwa, seperti pneumonia, meningitis, batuk rejan, difteri, dan campak.

“Saat ini, penting untuk mempertahankan serapan vaksin sebaik mungkin untuk mencegah infeksi mewabah kembali,” jelas Ramsay.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement