REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bournemouth telah mengumumkan keputusan membatalkan merumahkan pegawainya. Manajemen klub Liga Primer Inggris ini akan membayar gaji staf secara penuh.
Sebelum Bournemouth, Liverpool dan Tottenham Hotspur juga sudah menganulir keputusan merumahkan stafnya setelah mendapat protes dari berbagai pihak, terutama fan. "Kami sudah mendengarkan suporter kami dan memutuskan membatalkan keputusan merumahkan staf," kata Bournemouth melalui pernyataan resminya, dikutip dari Goal.com, Rabu (15/4).
Sebelumnya, Bournemouth, Liverpool, Tottenham, Newcastle United dan Norwich City memutuskan untuk merumahkan stafnya di tengah pandemi virus corona. Bournemouth melakukan ini demi menyeimbangkan keuangan klub karena tak ada pemasukan.
Selain itu, Bournemouth juga memakai skema bantuan pemerintah Inggris yang menalangi 80 persen gaji dan klub membayar 20 persen sisanya.
Di sisi lain, kepala eksekutif klub Neill Blake, direktur teknis tim pertama Richard Hughes, manajer Eddie Howe dan asisten manajer Jason Tindall secara sukarela memotong gajinya. Dalam mengambil keputusan pemotongan gaji, Howe menjadi manajer Liga Primer Inggris pertama yang melakukannya.
Bournemouth menerima banyak kritik karena menerima bantuan pemerintah. Banyak yang mempertanyakan urgensi klub Liga Primer mengambil skema dana publik yang disediakan pemerintah untuk membantu roda bisnis agar tetap berjalan.
"Meski kami punya niat baik, kami tetap sadar bahwa ada kritik keras kepada klub-klub Liga Primer yang menggunakan skema ini," jelas keterangan tersebut.
Setelah hampir dua pekan gelombang protes bermunculan, Bournemouth akhirnya menganulir keputusan itu. Staf-staf tidak jadi dirumahkan dan tetap mendapat gaji penuh dari klub.
"Kami dari jajaran manajemen klub memastikan bahwa klub bisa terus beroperasi ketika musim ditangguhkan, dan tidak akan mengajukan bantuan pemerintah di tengah pandemi virus corona ini," kata keterangan tersebut.