Kamis 16 Apr 2020 06:08 WIB

PBB: 74 Juta Warga Negara Arab Berisiko Terinfeksi Covid-19

Warga negara Arab rentan Covid-19 karena minim fasilitas cuci tangan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.
Foto: Nabil Mounzer/EPA
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT — Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Barat (ESCWA) mengatakan 74 juta orang di negara-negara Arab berisiko terinfeksi virus korona Covid-19. Hal itu karena mereka tak memiliki akses ke fasilitas cuci tangan dasar. 

ESCWA mengungkapkan mencuci tangan dengan sabun dan air merupakan salah satu cara efektif mencegah penularan Covid-19. Mereka memperkirakan kebutuhan air bagi setiap warga Arab akan meningkat antara sembilan hingga 14 liter per hari. Jika dikalkulasi, diperlukan empat sampai lima juta meter kubik air untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. 

Baca Juga

Ketiadaan akses ke fasilitas cuci tangan dasar diperburuk pasokan air pipa yang tidak memadai di 10 dari 22 negara Arab. ESCWA menyebut hampir 87 juta orang di wilayah Arab juga tidak memiliki akses ke sumber air minum yang lebih baik di rumah-rumah.

ESCWA mengatakan mereka yang diwajibkan untuk menyediakan air dari sumber publik setiap hari menghadapi risiko infeksi Covid-19 lebih besar. “Diperkirakan 26 juta pengungsi dan orang-orang terlantar internal di wilayah ini juga berisiko lebih tinggi tertular Covid-19 karena kurangnya air, sanitasi dan layanan kebersihan yang memadai,” ungkap ESCWA dalam sebuah pernyataan pada Rabu (15/4), dikutip laman Anadolu Agency. 

ESCWA turut menyoroti kondisi di Jalur Gaza. Dia menyebut dari sepuluh rumah tangga di sana, hanya satu yang memiliki ke air bersih. Kehidupan warga semakin sulit karena blokade yang diterapkan Israel. 

Saat ini negara-negara Arab masih menghadapi peningkatan kasus Covid-19. Yaman, Suriah, dan Palestina adalah beberapa negara yang dianggap rentan terhadap wabah.

Suriah dan Yaman diketahui masih dibekap peperangan. Sementara Palestina berada di bawah pendudukan Israel. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lebih menyoroti kondisi di Jalur Gaza yang telah diblokade selama 14 tahun. 

Direktur WHO untuk Wilayah Palestina Dr Gerald Rockenschaub mengatakan Gaza memiliki fasilitas karantina yang minim. “Kita sudah sangat jelas tentang bagaimana fasilitas karantina seharusnya dan menawarkan fasilitas, layanan, dan dukungan. Tapi ini jelas lebih mudah diucapkan daripada dilakukan di Gaza, di mana ada kekurangan substansial dalam hampir semua hal," ucapnya pada akhir Maret lalu. 

Menurut WHO, Gaza hanya memiliki 60 mesin pernapasan dan 45 di antaranya telah digunakan. WHO telah bekerja sama dengan otoritas Israel untuk mengimpor peralatan dan pasokan yang sangat dibutuhkan dari donor internasional.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement