Kamis 16 Apr 2020 13:26 WIB

Wabah Corona, PLN Tunda Proyek 35 Ribu Megawatt

PLN akan memilih proyek mana saja yang akan ditunda berdasarkan skala prioritas.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memutuskan akan menunda beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik program 35 ribu MW. Keputusan ini diambil perusahaan seiring dengan merebaknya wabah covid yang mempengaruhi progress pembangunan proyek.
Foto: PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memutuskan akan menunda beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik program 35 ribu MW. Keputusan ini diambil perusahaan seiring dengan merebaknya wabah covid yang mempengaruhi progress pembangunan proyek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memutuskan akan menunda beberapa proyek pembangunan pembangkit listrik program 35 ribu MW. Keputusan ini diambil perusahaan seiring dengan merebaknya wabah covid yang memengaruhi progress pembangunan proyek. 

Hal itu disampaikan Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4). Selain itu, faktor menurunnnya konsumsi listrik juga menjadi pertimbangan perusahaan untuk menunda beberapa proyek pembangunan listrik.

Baca Juga

"Covid ini berdampak juga pada keberlangsungan proyek kami. Kami meninjau kembali rencana investasi proyek kelistrikan dengan melihat proyeksi beban dan konsumsi juga saat ini," ujar Zul, Kamis.

Sayangnya, ia tak memerinci proyek mana saja yang akan ditunda  PLN. Namun, Zul menjelaskan perusahaan akan memimilih proyek mana saja yang ditunda berdasarkan dengan skala prioritas.

"Pembangunan infrastruktur kelistrikan dengan skala prioritas. Proritas tinggi tetap berjalan, yaitu proyek yang harus selesai 2020. Proyek yang bisa ditunda akan kami tunda dengan mitiigasi yang baik," ujar Zul.

Ia juga menjelaskan, karena wabah corona konsumsi listrik mengalami penurunan. Ia menjelaskan untuk di sistem Jawa-Bali, terjadi penurunan sebesar minus 9,55 persen hanya untuk di bulan April ini saja. Begitu juga di wilayah Kalimantan dan Sumatra yang juga mengalami penurunan konsumsi.

"Permintaan listrik lebih rendah karena aktivitas manufaktur dan industri serta perkantoran memerngaruhi konsumsi listrik. Dampak ini juga terlihat dari kondisi sistem Jawa-Bali, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi," ujar Zul.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement