REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang penghentian hubungan kerja (PHK) semakin merebak akibat pandemi Covid-19. Sektor informal menjadi yang lebih rentan menganggur akibat penerapan kebijakan terkait Covid-19.
Ekonom CORE Indonesia, Akhmad Akbar Susamto mengatakan, dampak pandemi Covid-19 terhadap hilangnya mata pencaharian di sektor informal perlu lebih diwaspadai. "Sebab daya tahan ekonomi para pekerja sektor informal relatif rapuh, terutama yang bergantung pada penghasilan harian, mobilitas orang, dan aktivitas orang-orang yang bekerja di sektor formal," ungkap Akhmad melalaui siaran pers, Rabu (15/4).
Terlebih lagi jumlah pekerja sektor informal di Indonesia lebih besar dibanding pekerja sektor formal. Jumlahnya mencapai 71,7 juta orang atau 56,7 persen dari total jumlah tenaga kerja. Mayoritas dari mereka bekerja pada usaha skala mikro.
Akhmad mengatakan, lapangan usaha yang diasumsikan mengalami dampak paling parah adalah penyediaan akomodasi dan makan minum, transportasi dan pergudangan dan perdagangan, baik perdagangan besar maupun eceran.
Status pekerjaan yang diasumsikan akan mengalami dampak paling parah adalah pekerja bebas atau pekerja lepas, pengusaha mikro, berusaha sendiri dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, dan pekerja keluarga/tak dibayar.
Dilihat dari sisi wilayah, diasumsikan DKI Jakarta akan mengalami dampak paling parah, diikuti Jawa Barat dan provinsi-provinsi lain di Jawa. Dampak pandemi Covid-19 diasumsikan akan lebih besar di perkotaan dibandingkan perdesaan.
Potensi lonjakan jumlah pengangguran diperkirakan akan sangat tinggi tahun ini jika pandemi berlangsung lebih lama. Akhmad menguraikan, CORE memperkirakan peningkatan jumlah pengangguran terbuka pada kuartal II 2020 dalam tiga skenario. Tingkat pengangguran terbuka secara nasional pada kuartal II 2020 diperkirakan mencapai 8,2 persen dengan skenario ringan, sebesar 9,79 persen dengan skenario sedang, dan sebesar 11,47 persen dengan skenario berat.
Potensi tambahan jumlah pengangguran terbuka secara nasional mencapai 4,25 juta orang dengan skenario ringan, sebanyak 6,68 juta orang dengan skenario sedang, dan bahkan hingga 9,35 juta orang dengan skenario berat.