Kamis 16 Apr 2020 14:34 WIB

Usaha Pencacahan Sampah tak Terpengaruh Covid-19

Usaha pencacahan sampah plastik di Buleleng, Bali tak terpengaruh Covid-19

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Proses pencacahan plastik. Usaha pencacahan sampah plastik di Buleleng, Bali tak terpengaruh Covid-19 . Ilustrasi.
Foto: Republika/Idealisa Masyrafina
Proses pencacahan plastik. Usaha pencacahan sampah plastik di Buleleng, Bali tak terpengaruh Covid-19 . Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGARAJA - Usaha pencacahan sampah plastik di Kabupaten Buleleng, Bali, masih tetap bertahan. Usaha ini termasuk yang tak terpengaruh pandemi Covid-19. Bahkan belakangan mulai kekurangan bahan baku berupa sampah plastik.

Eka Darmawan, seorang pengusaha pencacah sampah plastik di Desa Petandakan, Buleleng, Bali mengatakan usahanya tetap berjalan meski harga jualnya mengalami sedikit penurunan. "Harga jualnya turun, tapi tak terlalu banyak turunnya. Bahkan saya masih anggap normal," katanya, Kamis (16/4).

Baca Juga

Hal yang membuatnya cemas justru soal harga, melainkan pasokan bahan baku dari para mitra kerjanya yang belakangan mulai menurun. Biasanya yang memasok sampah plastik ke tempat usahanya berasal dari sekolah dan bank sampah di desa-desa di Bali. "Siswa sekarang melakukan proses belajar di rumah dan bank sampah mengurangi aktivitasnya juga," jelas Eka.

Selama ini, pihaknya bermitra dengan 25 bank sampah yang tersebar di Bali seperti bank sampah di Buleleng, Kabupaten Bangli, dan Klungkung. "Dengan kebijakan social distancing, para pengelola dan pekerja bank sampah mengurangi aktivitasnya sehingga berpengaruh terhadap pengiriman bahan baku," katanya.

Di tempat usaha milik Eka, kegiatan pencacahan sampah plastik tetap berlangsung. Sampah plastik tetap masih terjemur di halaman dan luar gudang. Sampah plastik berupa botol-botol bekas tertumpuk rapi dan siap untuk dicacah. "Mesin pencacah masih terus berbunyi," ujar Eka.

Di tengah pandemi itu, ia mempekerjakan empat orang dan mereka terus melakukan proses pencacahan. Dua orang berada di atas untuk memasukkan botol plastik untuk dicacah dan dua orang berada di bawah untuk mengumpulkan hasil cacahan.

"Hasil-hasil cacahan itu dijemur terlebih dahulu. Setelah kering dimasukkan ke karung lagi untuk siap dikirim," kata Eka.

Setiap hari, usaha yang dinamakan Rumah Plastik itu mampu memproduksi cacahan plastik hingga satu ton. Eka membeli sampah plastik dengan harga berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.

Misalnya, satu kilogram sampah plastik berupa jeriken putih dibeli dengan harga Rp 3.500 dan botol plastik bening seharga Rp 500 per kilogram. Botol warna biru muda seharga Rp 2.000 perkilogram dan botol warna hijau dan biru dibeli dengan harga Rp1.500 per kilogram. "Untuk tutup botol, saya beli dengan harga Rp 2.000 perkilogram," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement