REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, Allah SWT mewajibkan orang-orang beriman untuk berpuasa supaya bertakwa. Lalu apa yang kita dapatkan jika bertakwa melalui ibadah puasa? Apa pula untungnya? Apa yang diganjarkan oleh Allah SWT kepada orang-orang yang berpuasa?
Firman Arifandi, LL.B., LL.M. dalam bukunya berjudul "Nastar (Nanya Seputar Ramadhan)" memberikan penjelasan terkait itu. Lulusan Magister Bidang Ushul Fiqih di International Islamic University Islamabad, Pakistan, itu menjelaskan, berdasarkan redaksi ayat 183 Surah Al-Baqarah itu, maka ada indikasi bahwa tujuan dari puasa adalah ketakwaan.
Takwa pada prinsipnya bukan hal yang sepele dalam Islam. Dia menyebutkan ada keuntungan paten yang tak terkalahkan oleh gemerlap kehidupan duniawi saat seseorang sudah sampai pada tingkat takwa tersebut. Allah SWT berfirman:
"Merekalah yang mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung". (Al-Baqarah: 5)
Lantas apa yang dimaksud dari kata "muflih" atau beruntung yang tercantum dalam ayat tersebut? Firman menjelaskan, "muflih" punya korelasi dengan Surah Al-Mu'minun ayat 1 sampai ayat 11, yang menggambarkan ciri-ciri orang yang beriman.
"1. Beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam sholatnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. Dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya." (Al-Mu’minun: 1-11)
Firman memaparkan, seluruh kriteria orang-orang yang ada dalam ayat 2 hingga 9 itu merupakan bagian dari ketakwaan yang akan mengantarkan manusia kepada tujuan finalnya, yakni kenikmatan akhirat berupa surga. Ujung ayat tersebut adalah bahwa orang-orang beriman yang bertakwa akan kekal di surga firdaus.
"Maka jika tujuan dari puasa Ramadhan adalah ketakwaan, keuntungannya adalah kekal di surga yang Allah janjikan. Kurang enak apa kalau sudah dijanjikan surga? Ini Janji Allah," papar Firman, yang kini menjadi dosen Fakultas Syariah dan Hukum di Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an (PTIQ) Jakarta.