REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengatakan Tarhib Ramadhan dan Indonesia Berdzikir di tengah musibah pandemi virus corona atau Covid-19 menjadi momentum muhasabah (introspeksi) dan mujahadah (perjuangan). Hal ini supaya umat Islam semakin dekat kepada Allah dan semakin ukhuwah dengan sesama secara autentik sekaligus mencari beragam ikhtiar hadapi musibah layaknya kaum beriman.
"Jangan ada orang Islam yang menyepelekan musibah atau sebaliknya jatuh diri sehingga kehilangan optimisme atas rahmat Allah," kata Prof Haedar kepada Republika, Kamis (16/4).
Ia menyampaikan, jadikan musibah dan datangnya bulan Ramadhan bagi setiap Muslim momen untuk mikraj rohani. Agar setiap Muslim semakin bersyukur, tafakur, sabar, dan tawakal dengan menggabungkan munajat dan ikhtiar secara optimal.
Prof Haedar juga mengajak membangun kebersamaan dengan sesama manusia. Bersama-sama memberikan empati dan mendukung layaknya saudara kepada mereka yang terkena musibah Covid-19, positif terinfeksi Covid-19 serta meninggal karena Covid-19.
Dengan adanya pandemi Covid-19 dan datangnya Ramadhan, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini berharap para elite semakin sadar diri. "(Berharap) para elite semakin eling diri dan menunjukkan jiwa futuwwah atau ksatrianya dalam memimpin umat dan rakyat dengan sepenuh pengkhidmatan yang tulus dan meletakkan kepentingan umum di atas segalanya," ujarnya.
Prof Haedar berharap para elite menunjukan spiritualitas pemimpin selaku pengemban amanah umat dan rakyat. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW mengajarkan pengkhidmatan untuk rahmatan lil 'alamin.
Diharapkan juga mereka yang aghniya atau berkecukupan mau berbagi kepada saudaranya yang membutuhkan dengan berzakat, berinfak dan bersedekah secara ringan hati. Hal ini wujud solidaritas kolektif yang terpuji di hadapan Allah dan sesama insan.