REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Petani sayur di Kawasan Cipanas-Pacet, Cianjur, Jawa Barat, mengoptimalkan pemasaran secara daring guna memenuhi kebutuhan pasar. Langkah ini juga sesuai anjuran pemerintah yang mengeluarkan kebijakan pembatasan, termasuk dalam kegiatan perdagangan.
"Untuk menyiasati pembatasan ditengah pandemi, petani sayur di Kecamatan Pacet dan Cipanas, mengoptimalkan pemasaran secara daring dan hal tersebut sudah dilakukan sejak lama, tidak hanya pada masa sekarang yang serba dibatasi," kata Camat Pacet Yudi Suhartoyo, Kamis (16/4).
Ia menjelaskan, sejak pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jabodetabek, tingkat pemesanan sayur-mayur dari kawasan tersebut terus berkurang. Pemesanan lewat daring menjadi andalan petani, meski hanya untuk kebutuhan lokal.
"Sejumlah petani sayur di wilayah ini, biasanya memasok sayuran ke berbagai wilayah di Jabodetabek, namun sejak satu bulan terakhir sudah tidak karena banyaknya pembatasan dan penyekatan. Sehingga disiasati dengan pemesanan daring agar usaha mereka tetap berjalan," katanya.
Ia memaparkan pengiriman pesanan dilakukan melalui jasa pengiriman yang setiap hari dapat mengantarkan pesanan pelanggan di tingkat lokal, untuk menghindari bertemu langsung dengan pembeli setiap harinya. Sebagian besar petani merasa terbantu dengan pola daring tersebut.
"Calon pembeli dapat menghubungi kontak yang tersedia dari sub terminal agribisnis, pesanan yang masuk satu hari sebelumnya, kemudian akan diantarkan ke alamat pembeli dengan sistem pembayaran transfer atau bayar di tempat," katanya.
Sedangkan untuk membantu warga terdampak Covid-19, Dinas Sosial (Dinsos) Cianjur, bekerja sama dengan petani di wilayah tersebut, memberikan bantuan sayuran gratis bagi warga yang membutuhkan. Caranya dengan diantarkan langsung ke rumah warga tanpa harus membayar alias gratis.
Sementara itu, petani sayur di Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, mengatakan telah sejak lama memanfaatkan teknologi daring dalam memasarkan sayur yang mereka tanam. Bahkan upaya tersebut sudah dilakukan sebelum merebaknya Covid-19.
"Sejak satu pekan terakhir, kami hanya melayani pesanan ditingkat lokal karena keluar kota sudah dilarang. Sudah pasti penghasilan menurun tajam karena biasanya pesanan terbesar dari Jabodetabek yang sudah memberlakukan PSBB," kata Nurdin tokoh petani Desa Sukatani.