REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kelompok Muslim Etnis Rohingya diselamatkan oleh penjaga pantai Cox's Bazaar Bangladesh setelah melakukan perjalanan laut selama dua bulan di bawah pengawasan Badan Pengungsi PBB (UNHCR). Hal ini disampaikan Juru Bicara UNHCR Louise Donovan kepada Anadolu Agency pada Kamis (16/4) waktu setempat.
"Perhatian utama kami adalah kesehatan langsung dan kebutuhan pertolongan pertama untuk mereka. LSM dan mitra di lapangan telah menyediakan makanan dan dukungan lainnya dalam semalam," kata Donovan dalam sebuah pernyataan tertulis.
Sekitar 382 anggota kelompok Muslim etnis Rohingya yang tertindas mencoba melarikan diri ke Malaysia melalui jalur laut. Dalam perjalanan laut ini, mereka berada dalam kondisi yang mengerikan. Sebagian besar mengalami kekurangan gizi dan dehidrasi. Bahkan 30 orang dilaporkan tewas dalam perjalanan tersebut.
Kemudian pada Rabu (16/4) malam waktu setempat, para Muslim Rohingya itu diselamatkan di Cox's Bazar, Bangladesh selatan. "Kami memahami bahwa pria, wanita, dan anak-anak ini berada di laut selama hampir dua bulan dalam kondisi yang mengerikan. Banyak dari mereka yang kekurangan gizi dan mengalami dehidrasi," ujar Donovan.
Beberapa orang Rohingya frustrasi atas repatriasi damai yang tidak pasti di negara asalnya, Myanmar. Pengungsi Rohingya di Bangladesh mencoba melarikan diri untuk pergi ke negara lain demi masa depan yang lebih baik. Februari ini, 15 warga Rohingya meninggal di Teluk Benggala ketika sebuah kapal yang membawa sekitar 130 Rohingya terbalik.
Para Rohingya itu hendak menuju Malaysia melalui rute laut yang penuh risiko. Sekitar satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di Bangladesh selatan. Mereka tinggal di kamp setelah melarikan diri dari kampanye pembersihan etnis dan teror di Myanmar pada 2017. Mereka telah disebut sebagai orang yang paling teraniaya di dunia.