Jumat 17 Apr 2020 14:09 WIB

Pasien Sembuh Covid-19: Kuncinya Jangan Stres

Kekhawatiran atau kecemasan justru dapat menurunkan imunitas tubuh.

Seorang pasien positif Covid-19 (depan) yang dinyatakan sembuh berjalan menuju ruang tunggu saat proses pemulangan di Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.
Foto: Antara/Ampelsa
Seorang pasien positif Covid-19 (depan) yang dinyatakan sembuh berjalan menuju ruang tunggu saat proses pemulangan di Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pasien yang dinyatakan sembuh dari penyakit Covid-19, Rico J Sihombing, berpesan kepada masyarakat untuk tidak paranoid atau ketakutan dengan pandemi yang tengah melanda Indonesia. Namun, dia juga berpesan agar masyarakat tetap waspada dengan mengikuti arahan pemerintah.

"Terhadap Covid-19 ini kita perlu waspada tapi juga jangan jadi paranoid," katanya melalui sambungan telepon di Jakarta, Jumat (17/4).

Artinya, kata dia, siapa pun dapat tertular virus SARS-CoV-2, penyebab penyakit Covid-19, di manapun dan kapan pun, mengingat telah meluasnya penyebaran wabah tersebut. "Kita bisa tertular, kita juga bisa menularkan ke orang lain," katanya.

Untuk itu, lanjut Rico, masyarakat diminta untuk waspada dengan menghindari area atau daerah yang berpotensi memiliki risiko penularan tinggi dan juga waspada agar tidak menularkan virus tersebut ke orang lain. Namun demikian, bukan berarti masyarakat boleh menjadi ketakutan atau khawatir secara berlebihan sehingga bertindak secara gegabah. 

Kekhawatiran atau kecemasan itu, kata dia, justru dapat menurunkan imunitas tubuh sehingga memperbesar risiko tertular. Jika sudah tertular sulit disembuhkan karena kunci utama kesembuhan berada pada sistem imunitasnya. "Jadi paranoid, seakan-akan segala sesuatu akan berakhir. Jadi ketakutan sendiri," katanya.

Sementara bagi seseorang yang mengalami gejala-gejala terpapar Covid-19, Rico mengajak masyarakat untuk mengikuti anjuran pemerintah dengan melakukan isolasi mandiri. "Seumpama kita pilek, merasa kurang enak badan, jangan ke luar rumah, tetapi melakukan isolasi mandiri selama 14 hari," ujar dia.

Selama isolasi mandiri, ia juga menyarankan agar masyarakat tetap menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. "Kemudian tetap makan, ditambah (konsumsi) vitamin C dan E. Kemudian, jangan takut, kuncinya jangan stres karena kalau kita stres sistem kekebalan tubuh kita drop langsung," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement