REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Yayasan Pendidikan Islam (AYPI) yang menaungi beberapa sekolah Islam swasta di Jakarta mengaku ikut terdampak pandemi Covid-19, khususnya terkait operasional gaji guru selama siswa dianjurkan belajar dari rumah. Oleh karena itu, AYPI meminta bantuan perhatian dari pemerintah, terutama solusi gaji guru sekolah Islam swasta.
Ketua Umum AYPI, Mirdas Eka Yora mengungkapkan tidak semua sekolah Islam swasta memiliki kemampuan finansial. Sebab, diakui dia, masih banyak sekolah Islam swasta yang masih mengandalkan dari iuran orang tua murid untuk operasional sekolah termasuk menggaji tenaga pengajar. Hal itulah yang saat ini dialami sekolah-sekolah yang berada di dalam naungan AYPI.
Menurutnya ketahanan ekonomi masyarakat sangat dirasakan oleh sekolah-sekolah Islam swasta. "Khususnya sekolah Islam swasta yang selama ini operasional dan penggajian guru/karyawannya mengandalkan dari iuran orangtua murid," ungkap Mirdas dalam keterangan kepada wartawan, Jumat (17/4).
Ia mengungkapkan sejak Maret 2020, lebih dari 60 persen orang tua murid, tidak bisa membayar SPP putra/putrinya. "Dan persentase ini terus naik, sampai bulan April ini," terangnya. Karena itu ia berharap ada solusi dari pemerintah, baik pusat maupun provinsi DKI Jakarta akan hal ini.
Ketua Pembina AYPI, Evi Afrizal Sinaro menambahkan ketidakmampuan orang tua murid membayar SPP karena kondisi ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini bukan hanya berdampak pada sekolah. Namun, menurut dia, juga berdampak mengancam keberlanjutan pendidikan anak-anak.
"Karena itu kami harap kiranya bapak Presiden juga memperhatikan sekolah sekolah swasta di tengah pandemi Covid-19 ini, yakni dengan memberikan bantuan finansial untuk membayar gaji-gaji guru swasta bulan April, Mei dan Juni 2020," ujarnya.
Hal itu termasuk, menurut dia, bantuan-bantuan lain yang dapat membantu sekolah swasta bertahan di tengah badai pandemi Covid-19 ini.