REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan, perdagangan, transportasi dan pariwisata akan menjadi sektor yang terlebih dahulu mengalami pemulihan apabila pandemi virus corona (Covid-19) sudah tertangani dengan baik. Sebab, tiga sektor ini paling terkait dengan kebijakan pembatasan mobilisasi manusia yang sekarang dilakukan untuk menekan penyebaran virus.
Sri menuturkan, jika pandemi Covid-19 telah berhasil diatasi, aktivitas masyarakat akan kembali normal. Artinya, mobilisasi mereka terus meningkat setelah melakukan Working From Home (WFH) ataupun bekerja dari rumah.
"Kalau sudah tidak lagi WFH, sektor transportasi akan recover," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (17/4).
Selain itu, tingkat konsumsi masyarakat pun berpotensi mulai tumbuh. Mereka yang selama ini menahan diri untuk tidak membeli makanan dari luar rumah, kini mulai melakukannya lagi.
Sri mengatakan, situasi ini berpotensi menggeliatkan kembali jasa-jasa perdagangan mulai dari berskala kecil seperti warung hingga supermarket.
Sri menjelaskan, transportasi dan perdagangan merupakan sektor yang selama masa pandemi mengalami pelambatan signifikan. Sebab, konsumsi masyarakat di dua sektor tersebut harus tertahan.
"Begitu dinormalkan kembali, ya kembali (tumbuh) lagi," tutur mantan direktur pelaksana Bank Dunia tersebut.
Pariwisata juga akan menjadi sektor yang pulih paling cepat nantinya. Masyarakat kelas menengah atas yang selama ini ‘tertahan’ di rumah akan langsung traveling ketika situasi pandemi sudah dinyatakan aman. Dampaknya, sektor pariwisata dan turunannya seperti restoran dan hotel pun bisa terdongkrak.
Kondisi berbeda dirasakan pada sektor infrastruktur. Kegiatan pembangunan saat ini mengalami pelambatan karena pemerintah maupun swasta harus melakukan refocusing dan relaokasi ke pos belanja yang lebih dibutuhkan. Kebijakan memperpanjang masa pembangunan pun dilakukan.
Ketika nanti pandemi sudah usai, Sri mengatakan, infrastruktur bisa kembali menggeliat, namun dalam kecepatan yang tidak secepat sektor perdagangan, transportasi dan pariwisata. Pasalnya, dibutuhkan proses untuk mengembalikan pembangunan ke kecepatan normal sebelum pandemi.
Sri menekankan, saat ini, belum ada pihak yang mengetahui seberapa lama Covid-19 akan ada di dunia dan mempengaruhi mobilitas sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah kini hanya bisa membuat kebijakan berbasis skenario.
Ada dua skenario yang disebutkan Sri. Pertama, pandemi bertahan dalam jangka pendek atau mengalami puncak pada kuartal kedua dan mulai berkurang di kuartal ketiga.
"Maka dibuatlah bantalan sosial dan ekonomi agar shock tidak dalam banget, sehingga baliknya (pemulihannya) lebih cepat. Itu sudah kita lakukan," ucapnya.
Di sisi lain, pemerintah juga menjaga amunisi untuk mengantisipasi kemungkinan jangka panjang. Artinya, Sri menjelaskan, pemerintah tidak mengeluarkan semua senjata yang ada pada kuartal pertama dan mencadangkannya untuk kuartal-kuartal berikutnya.