REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan tentara Myanmar melakukan serangan udara dan penembakan hampir setiap hari di negara bagian Rakhine dan Chin. Kondisi tersebut telah menewaskan 32 warga sipil sejak 23 Maret.
"Sangat sulit untuk mendapatkan informasi yang tepat dari Rakhine tentang apakah korban yang dilaporkan adalah hasil dari penargetan atau terperangkap dalam baku tembak antara Arakan Army dan tentara Myanmar," kata juru bicara Rupert Colville kepada pengarahan berita di Jenewa, Jumat (17/4).
Colville menyatakan, jumlah korban tersebut saat ini masih menunggu kejelasan tentang alasan kematiannya. Kedua wilayah memang telah menjadi medan pertarungan antara pemerintah dan milisi.
Juru bicara militer Myanmar belum berkomentar tentang pernyataan yang dilontarkan oleh Colville. Sedangkan Arakan Army merupakan sebuah kelompok pemberontak yang mencari otonomi lebih besar di Rakhine.
Kelompok ini telah memerangi pasukan pemerintah selama lebih dari setahun. Peperangan antara dua pihak ini membuat ratusan orang mengungsi dan menimbulkan banyak korban jiwa.