Sabtu 18 Apr 2020 12:42 WIB

33.084 Tenaga Kerja Wisata di Jabar Terancam Menganggur

Per tanggal 16 April 2020, terdapat 2.768 usaha pariwisata di Jabar yang tutup.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nidia Zuraya
Pekerja mengepel lantai pada salah satu hotel di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (12/4/2020). Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik mengatakan sebanyak 2.768 usaha pariwisata di wilayah Jawa Barat tutup akibat pandemi virus Corona (COVID-19).
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Pekerja mengepel lantai pada salah satu hotel di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Ahad (12/4/2020). Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat, Dedi Taufik mengatakan sebanyak 2.768 usaha pariwisata di wilayah Jawa Barat tutup akibat pandemi virus Corona (COVID-19).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan segera mengambil langkah strategis untuk menanggulangi krisis di sektor wisata yang terjadi akibat pandemi Covid-19. Karena, selama wabah ini terjadi, usaha pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terpukul.

Menurut Kepala Disparbud Jawa Barat Dedi Taufik, berdasarkan data per tanggal 16 April 2020, terdapat 2.768 usaha pariwisata di Jabar yang tutup. Imbasnya, sekitar 33.084 tenaga kerja pariwisata hampir kehilangan mata pencaharian.

Baca Juga

"Ada 2.768 usaha pariwisata , yang terdiri dari destinasi wisata, hotel, dan ekraf (ekonomi kreatif) yang sudah tutup dengan sumber daya manusia pariwisata di Jabar sekitar 33.084 tenaga pariwisata yang terkena dampak,” ujar Dedi, saat dihubungi Sabtu (18/4).

Menurut Dedi, dalam fase krisis ini, langkah pertama yang akan diambil Disparbud Jabar adalah membantu para pelaku dan tenaga kerja sektor pariwisata yang terkena dampak. Salah satunya adalah dengan memberikan bantuan dan program kepada mereka yang bergantung pada industri ini. 

"Fokus kita di point tiga kepada pekerja yang bergerak di sektor pariwisata dan UMKM, kami coba bersinergi dan berkoordinasi dengan kabupaten/kota," katanya.

Langkah strategis ini pun, kata dia, telah disampaikan kepada Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Kemenparekraf), Wishnutama, dalam rapat terbatas melalui video conference, 16 April 2020.

Rapat virtual ini diikuti oleh 6 perwakilan provinsi yang wilayahnya memiliki destinasi super prioritas (DSP), yakni Sumut, Jateng, DIY, NTB, NTT dan Sulut. Selain itu ada 5 perwakilan provinsi yang wilayahnya menjadi pintu utama masuk wisman yakni Bali, Jatim, DKI Jakarta dan Jabar.

Langkah strategis Disparbud Jabar dalam menghadapi krisis ini, menurut Dedi, sejalan dengan program pemerintah pusat. Kementerian menginginkan adanya sinergi antara pemerintah pusat, provinsi, hingga kota/kabupaten untuk melewati masa-masa sulit ini.

"Kami menawarkan ada matching fund saat kedaruratan dan harus ada matching program saat recovery, dan matching promotions dengan event bersama," kata Dedi.

Selain itu, kata Dedi, strategi dan langkah yang sinergis antara pemerintah pusat dan daerah akan mempercepat fase krisis di sektor pariwisata. Ia menilai, harus ada strategi dan langkah yang sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam penanganan Covid-19 di sektor pariwisata.

"Serta strategy pada fase pemulihan menuju fase normalisasi penekanan pada " Brand Awareness"," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement