Sabtu 18 Apr 2020 13:29 WIB

IDI Ungkap Dua Penyebab Dokter Tertular Covid-19

IDI mencatat ada dua penyebab yang membuat dokter tertular Covid-19.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Reiny Dwinanda
Jas hujan plastik dikenakan sebagai alat pelindung diri (APD) tenaga medis. IDI mencatat ada dua penyebab yang membuat dokter tertular Covid-19, salah satunya ketiadaan APD yang sesuai.
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Jas hujan plastik dikenakan sebagai alat pelindung diri (APD) tenaga medis. IDI mencatat ada dua penyebab yang membuat dokter tertular Covid-19, salah satunya ketiadaan APD yang sesuai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menjelaskan, ada dua penyebab yang membuat dokter tertular Covid-19. Hal pertama yang menjadi penyebab adalah keterbatasan alat pelindung diri (APD), khususnya pada masa awal virus corona menyebar di Indonesia.

"Kekurangan APD terjadi dalam jumlah banyak hingga kawan-kawan banyak melakukan modifikasi," ujar Faqih dalam sebuah diskusi, Sabtu (18/4).

Baca Juga

Akibat memakai APD modifikasi dari plastik atau bahan lain, menurut Faqih, banyak dokter dan tenaga medis yang tertular Covid-19. Pasalnya, APD yang mereka kenakan tak sesuai standar, tidak 100 persen mencegah masuknya virus ke dalam tubuh.

"Dokter spesialis telinga, hidung, tenggorok (THT) di Makassar itu dulu tertular waktu memeriksa pasien dengan APD yang terbuat dari plastik biasa," ujar Faqih.

Penyebab kedua, menurut Faqih, banyak dokter tertular dari pasien di tempat praktik pribadinya atau rumah sakit bukan rujukan. Mereka bukan dokter yang mengabdi di rumah sakit rujukan virus Covid-19.

"Banyak sekali orang tanpa gejala, yang sudah terinfeksi, yang bersangkutan tidak mengerti terinfeksi dan si dokter pun tidak mengetahui sehingga kewaspadaannya kurang," ujar Faqih.

Untuk itu, IDI mengimbau dokter untuk membatasi praktik pribadinya. Berdasarkan data IDI, ada 24 dokter meninggal akibat ketidaktahuan pasien bahwa mereka sebenarnya sudah terpapar virus corona.

"Kalau terpaksa melakukan praktik tatap muka, kami minta dokter memakai APD yang sesuai, termasuk saat menangani pasien non-Covid-19," ujar Faqih.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement