REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA – Penghasilan rata-rata kalangan lapis bawah di daerah perkotaan dan pedesaan di Bangladesh telah turun lebih dari 80 persen sejak mewabahnya virus corona atau Covid-19. Hal ini diketahui berdasarkan laporan survei yang dirilis pada Jumat (18/4).
"Sebanyak 63 persen dari populasi tersebut, termasuk pekerja harian, pekerja bhangari (plastik), pekerja restoran, pembantu rumah tangga, pekerja transportasi, pekerja pertanian, pekerja konstruksi dan pabrik, pengusaha kecil, asisten toko dan penarik becak menjadi tidak aktif secara ekonomi selama waktu," kata temuan survei dilansir Anadolu Agency, Sabtu (18/4).
Survei ini dilakukan bersama dua pusat penelitian lokal independen, yakni Pusat Penelitian Daya dan Partisipasi dan Institut Pemerintahan dan Pengembangan BRAC. Survei ini mencakup 5.471 rumah tangga di daerah kumuh perkotaan dan daerah pedesaan pada awal April.
Saat ini, lebih dari 3.300 permukiman kumuh di ibukota Dhaka menampung sekitar 646 ribu orang, sebagian besar terdiri dari buruh harian miskin dan pengemudi becak. Sementara lebih dari 70 persen dari 165 juta penduduk negara itu tinggal di daerah pedesaan. Dari total populasi, 20 persen hidup di bawah garis kemiskinan, menurut data pemerintah.
Survei mengatakan, sekitar 40 persen dari populasi miskin dan 35 persen dari yang tidak miskin telah mengurangi konsumsi makanan mereka untuk mengatasi situasi di tengah pandemi.
Dia menambahkan, pendapatan per kapita di daerah kumuh telah turun 82 persen menjadi 27 takas Bangladesh (0,32 dolar) selama pekan survei dari 108 takas (1,30 dolar) pada Februari.
Sementara pendapatan per kapita di antara kaum miskin pedesaan turun 79 persen menjadi 33 takas (0,39 dolar) dari 89 takas (1,05 dolar).
Abu Ahmed, seorang ekonom di Universitas Dhaka, mengatakan pemerintah harus mencabut sebagian lockdown di seluruh negeri setelah 25 April, batas waktu penutupan yang ada.
"Ekonomi kita tidak kuat seperti negara-negara Eropa atau Barat dan tanpa berfungsinya ekonomi kita tidak dapat memberikan bantuan kepada begitu banyak orang untuk waktu yang lama," kata Ahmed.
Menurut dia, jika lockdown diperluas, maka akan menghabiskan cadangan makanan negara. "Jadi, pemerintah harus menggunakan upaya penuh untuk menjaga jarak sosial dan sebagian mencabut lockdown di sebagian wilayah negeri sehingga orang miskin dapat memperoleh mata pencaharian mereka," ujarnya.