Sabtu 18 Apr 2020 23:23 WIB

Ambisi Imam di Turki Kembalikan Masjid di Pulau Mediterania

Imam di Turki menginginkan masjid kembali di fungsikan sebagaimana perannya.

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Imam di Turki menginginkan masjid kembali di fungsikan sebagaimana perannya. Ilustrasi Masjid Yeni Valide, Istanbul, Turki.
Foto: Wikipedia
Imam di Turki menginginkan masjid kembali di fungsikan sebagaimana perannya. Ilustrasi Masjid Yeni Valide, Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, LARNACA – Shakir Alemdar, seorang imam di Republik Turki di Siprus utara bertekad menghidupkan kembali tempat-tempat ibadah utama Islam di pulau Mediterania. 

Masjid Hala Sultan Tekke salah satu tempat bersejarah umat Islam yang telah difungsikan kembali untuk tempat beribadah umat Islam.   

Baca Juga

Seperti halnya flamingo merah muda pada musim dingin di danau garam di dekatnya, jamaah yang datang sebagian besar berasal dari daerah jauh. Mereka datang untuk melihat masjid bersejarah tersebut.  

"Bagi orang-orang Siprus Turki, tempat ini memiliki makna yang sangat besar. Semua orang suka tempat ini," kata imam Shakir Alemdar, dilansir dari artdaily, pada Sabtu (18/4).  

Masjid Hala Sultan Tekke dibangun pada abad ke-18 di lokasi makam yang diyakini milik Umm Haram, seorang sahabat perempuan Nabi Muhammad SAW. Masjid ini telah lama menjadi pusat kehidupan Islam di Siprus.

Shakir Alemdar (51 tahun) lahir dan tinggal di ibu kota Nicosia dan ingat pernah mengunjungi situs Islam paling suci di Siprus, dekat kota tenggara Larnaca, saat masih anak-anak. Namun kemudian, pada 1974, sebuah kudeta ditujukan untuk penyatuan dengan Yunani. 

Penyatuan ini memicu invasi Turki ke sepertiga bagian utara pulau itu dan Siprus Yunani yang banyak dihuni Kristen Ortodoks, melarikan diri ke selatan.

Pada 2003, perselisihan antara utara dan selatan masih terjadi menyebabkan masjid tersebut dijadikan sebagai lokasi wisata.  

Kemudian pada 2008, Alemdar kembali ke tempat tinggalnya setelah sempat pindah ke London. Sejak saat itu, Alemdar bekerja di Masjid Hala Sultan Tekke berusaha menghidupkan masjid tersebut dan masjid-masjid lainnya yang merupakan peninggalan sejarah Islam. 

Kesabarannya dan kegigihannya menjadi pelayan masjid membuatnya memenangkan birokrat Siprus Yunani. "Siprus Turki masih hidup dan kami bukan fosil," ujarnya kepada seorang pejabat.

Siprus bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 2004, tetapi Alemdar mengatakan Siprus Turki tidak dapat mengklaim hak penuh mereka sebagai warga negara Uni Eropa karena sebagian besar dari mereka tinggal di wilayah yang memisahkan diri yang tidak diakui.

"Kami adalah bagian dari kehidupan pulau ini selama 500 tahun terakhir. Kami bukan orang luar," ucapnya.

Alemdar tinggal di Nicosia selatan. Menurutnya ada 100 masjid di pulau tersebut. Namun hanya delapan masjid yang dibuka. "Hanya delapan yang beroperasi dan (otoritas agama Islam) hanya mengelola setengah dari mereka karena masalah politik," sambungnya.

Masjid Hala Sultan Tekke dikelola  Departemen Artefak. Menurutnya, ini sebuah pelanggaran terhadap kebebasan beragama yang dijamin oleh Uni Eropa.

Masjid ini hanya buka dua kali setiap harinya dari lima waktu sholat. Dispensasi diberikan yakni dengan tetap membuka masjid pada malam hari selama bulan suci Ramadhan.

Alemdar juga berjuang untuk memasang pipa ledeng baru yang dapat dipasang di sisi bangunan masjid sehingga dapat digunakan untuk berwudlu. Hal ini juga ia suarakan untuk menghidupkan kembali masjid-masjid bersejarah di kota lain. "Ini perjuanganku," katanya.

Meskipun perbedaan politik yang sedang berlangsung antara Republik Siprus dan Utara, namun yang perlu dicatat kata dia, adalah kehidupan yang saling menghormati antaragama.

"Ini adalah keuntungan besar bagi negara anggota UE, Siprus memiliki wawasan tentang Islam," katanya.

  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement