REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana membuka kembali bioskop di Negeri Paman Sam pada Kamis (23/4). Tujuan pembukaan tersebut untuk mengembalikan perputaran ekonomi.
Pada fase pertama, tempat-tempat besar seperti bioskop dapat beroperasi di bawah protokol physical distancing yang ketat. Namun, mengoperasikan kembali bioskop dan mengembalikan penonton dinilai tidak semudah menyalakan proyektor.
Bioskop merupakan salah satu tempat hiburan dengan harga terjangkau dibandingkan restoran atau pertandingan olahraga. Banyak orang tua ingin mencari hiburan sederhana bersama keluarga, tetapi bioskop bukan tempat yang tepat untuk memberlakukan physical distancing meskipun kapasitas penonton dibatasi.
Lantas, jika bioskop tetap dibuka kembali dalam waktu dekat, apakah penonton akan muncul? Analis media senior di Comscore (SCOR), Paul Dergarabedian mengatakan, semua ini tentang kepercayaan konsumen dan membuat orang merasa aman untuk menonton film.
"Ini tantangan, karena segala sesuatu yang membuat bioskop spesial (pengalaman komunal) adalah hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dan ahli kesehatan," ujarnya dikutip dari CNN, Sabtu (18/4) waktu setempat.
Dergarabedian yakin, ketika bioskop dibuka, kapasitasnya akan terbatas. Bagi pemilik bioskop, kapasitas terbatas lebih baik dibandingkan tidak ada kapasitas sama sekali.
Pandemi global corona telah merusak bisnis bioskop. Bioskop film besar dan kecil ditutup, produksi film dihentikan dan rilis beberapa film terbesar tahun ini ditunda seperti Mulan, Wonder Woman 1984, dan Fast and Furious 9.
Bioskop menghadapi ancaman eksistensial lain karena orang-orang kini dapat menikmati film dari rumah. Studio-studio besar juga telah membuat banyak film yang tersedia untuk ditonton berbayar di rumah seperti Trolls World Tour dan Onward.
Kepala analis Boxoffice.com, Shawn Robbins, mengatakan, banyak film besar yang ingin dirilis pertama kali saat bioskop kembali dibuka. Dia menyebut, saat ini banyak orang menonton di rumah karena banyak film baru yang dapat dibeli secara digital. Namun, hal tersebut dinilai tidak akan bertahan selamanya karena pihak rumah produksi tidak berencana merilis film-film besar dari rumah.
"Jika itu pemecah masalahnya, mungkin kita semua sudah menonton Mulan sekarang," kata Robbins.
Ada masalah lain dengan rencana Trump untuk membuka kembali bioskop pekan depan. Yaitu, tidak ada film besar baru yang akan ditayangkan. Sebagian besar film blockbuster telah ditunda hingga akhir musim panas atau musim gugur dengan beberapa film dijadwal ulang rilis tahun depan.
Robbins mengatakan, pihak bioskop pun membutuhkan waktu untuk mengembalikan staf dan melakukan pelatihan berdasarkan protokol kesehatan baru. Secara bersamaan, rumah produksi perlu memutuskan kapan akan merilis film mereka untuk mendapat penonton sebanyak mungkin.
"Itu tergantung pada rumah produksi lain yang menjadwalkan film mereka sendiri dan kapan merangkul kembali penonoton agar menonton film lagi," ujar Robbins.