Ahad 19 Apr 2020 12:20 WIB

Cerita Pria yang 3 Kali Terinfeksi Corona

Ilmuwan belum bisa menjelaskan sistem kekebalan yang tercipta dari infeksi corona.

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Kehidupan mulai kembali normal di Beijing, China. Pada Ahad (19/4) jumlah kasus corona baru mencapai titik terendah.
Foto: EPA
Kehidupan mulai kembali normal di Beijing, China. Pada Ahad (19/4) jumlah kasus corona baru mencapai titik terendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pria berusia 68 tahun dilaporkan positif terinfeksi virus corona jenis baru (covid-19). Pada saat bersamaan juga mengalami gagal jantung. Beruntung, nyawanya dapat terselamatkan, ia pulih dan dinyatakan negatif dari infeksi virus tersebut.

Namun, sekitar satu pekan setelahnya, pria ini kembali menjalani tes covid-19. Hasilnya, ia dinyaan positif dan harus kembali ke rumah sakit menjalani perawatan.

Baca Juga

Tujuh hari kemudian, setelah menjalani perawatan, pria itu telah dinyatakan negatif covid-19, namun hanya empat hari setelahnya kembali positif.

Pria yang tidak disebutkan namanya ini dilaporkan dalam sebuah studi di China beberapa waktu lalu adalah pasien pertama yang didiagnosis covid-19 dalam tiga waktu terpisah. Tetapi, ada banyak pasien yang juga pernah kembali terinfeksi setelah dinyatakan sembuh.

Dilansir Sunday Morning Herald, hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa risiko terinfeksi COVID-19 kembali bisa menjadi lebih berbahaya. Pertanyaan lebih besar adalah mengenai arti pengembangan vaksin yang dilakukan saat ini, jika orang yang pernah terinfeksi tidak mendapatkan kekebalan yang kuat dan tahan lama.

Secara umum, ketika sistem kekebalan tubuh kita menangkap dan membunuh virus, serta menyimpan catatan seperti sidik jari pada basis data kepolisian. Begitu virus itu muncul lagi, sistem kekebalan mengenalinya dan dengan cepat membunuhnya.

Setidaknya, ada empat virus corona yang terjadi pada manusia yang dikenal dengan gejala seperti flu. Ketika ditemukan, sistem kekebalan tubuh kita menangkap dan membunuhnya dan kita mengembangkan kekebalan.

Tetapi karena alasan yang belum dapat dipecahkan para ilmuwan, kekebalan terhadap virus corona jenis baru memudar seiring waktu. Setelah beberapa tahun, kekebalan ini menghilang.

SARS dan MERS adalah diantara virus corona yang dapat dengan mudah membunuh manusia. Namun, beruntung kekebalan yang kuat juga tercipta pada orang-orang yang sembuh dari dua penyakit dari virus corona ini.

Studi menunjukkan bahwa kekebalan bertahan selama beberapa tahun, lebih lama dari virus corona jenis baru. Tetapi, tetap tampaknya memudar dari waktu ke waktu.

"Kami tahu itu mendorong respons kekebalan," kata Claire Gordon, seorang peneliti penyakit menular di University of Melbourne.

Menurut Godon, para ilmuwan telah mampu mendeteksi antibodi. Para ilmuwan juga mengatakan bahwa mungkin berarti orang yang jatuh sakit menikmati masa kekebalan, sama seperti virus serupa lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement