REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris bekerja sama dengan Oxford University telah melakukan uji coba vaksin Covid-19 kepada manusia pada pekan ini. Juru bicara negara, John Bell, memprediksi uji coba tersebut bisa rampung pada pertengahan Agustus 2020.
Meski begitu, dia menekankan pertanyaan sebenarnya bukanlah kapan vaksin Covid-19 akan tersedia, namun apakah vaksin itu efektif mencegah infeksi Covid-19 atau tidak.
"Apakah vaksin itu efektif melindungi dari virus? Pertanyaan itu hanya dapat terjawab setelah kita memvaksinasi sejumlah orang kemudian memaparkan virus kepada mereka, lalu kita hitung berapa banyak orang yang terinfeksi dalam populasi tersebut," kata Bell seperti dilansir di the Guardian, Ahad (19/4).
Dia mengatakan uji coba yang tepat sangat penting untuk kesehatan peserta penelitian. Dia optimistis apabila terbukti efektif, maka vaksin siap diproduksi secara massal.
"Jika kita dapat melihat bukti respons kekebalan yang kuat pada pertengahan atau akhir Mei, tantangannya kemudian adalah bagaimana kita memproduksi dengan skala besar," kata Bell.
Vaksin menjadi senjata paling ditunggu dalam perang melawan Covid-19. Mengingat, saat ini persediaan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis di Inggris semakin menipis.
Sebuah survei British Medical Association (BMA) mengungkap bahwa sebagian besar dokter di Inggris tidak dilindungi dengan APD yang memadai karena kehabisan pasokan. Setidaknya 56 pekerja National Health Service (NHS) meninggal karena tertular virus corona. Jumlah aktual petugas kesehatan yang kehilangan nyawanya kemungkinan akan lebih tinggi karena tidak semua kematian berada dalam domain publik.
"Terlalu banyak dokter dan staf layanan kesehatan yang telah kehilangan nyawa mereka. Kami tidak bisa mengambil risiko kehilangan lagi," kata Ketua Dewan BMA, dr Chaand Nagpaul.