REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan (Korsel) memperpanjang pemberlakuan pembatasan sosial untuk 16 hari lagi pada Ahad (19/4). Namun Korsel melonggarkan pembatasan bagi gereja dan pertandingan olah raga.
Kebijakan itu diambil saat Korsel melaporkan hanya delapan kasus baru infeksi virus corona. Jumlah tersebut merupakan yang terendah dalam dua bulan ini.
Dengan pelonggaran itu, tempat-tempat yang berisiko tinggi seperti gereja tidak lagi harus ditutup. Selain itu, berbagai pertandingan olah raga, seperti sepak bola, bisa dilanjutkan namun tanpa kehadiran penonton.
"Yang paling aman adalah tetap menjaga pembatasan sosial secara terus-menerus, tapi kenyataannya tidak mudah. Kami perlu mencari jalan tengah," kata Perdana Menteri (PM) Korsel Chung Sye-kyun dalam pertemuan pejabat pemerintah yang disiarkan televisi, Ahad. "Kalau kami bisa menjaga pengaturan yang stabil pada tingkat seperti sekarang ini, kami akan berpindah ke 'pembatasan sosial rutin' mulai 6 Mei."
Otoritas kesehatan Korsel mengatakan, kebijakan itu memungkinkan kegiatan ekonomi dijalankan lagi sementara. Pada saat yang sama, panduan tetap dipegang soal pembersihan dengan disinfektan dan pencegahan penyebaran virus itu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Pertama kalinya sejak 18 Februari, Korsel melaporkan satu digit jumlah harian peningkatan pengidap baru covid-19. Dengan laporan terbaru itu, total kasus virus corona di Korsel berjumlah 10.661.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea Selatan (KDCD) melaporkan, sebanyak lima dari kasus baru itu berasal dari luar negeri. Adapun jumlah korban jiwa naik menjadi 234 orang.
Presiden Moon Jae-in pada Ahad mengatakan, kemajuan yang dicapai Korsel memunculkan harapan bahwa covid-19 juga bisa diatasi di berbagai belahan dunia lainnya.
Pada awal tahun ini, Korsel menjadi negara di Asia di luar China yang mencatatkan jumlah terbesar pengidap covid-19. Sejak itu, jumlah kasus di negara-negara lain telah melewati Korsel.