REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Wali Kota Depok, Mohammad Idris mengajak tokoh agama membantu pemerintah menyukseskan pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di kota tersebut 15 hingga 28 April 2020. "Kami mohon kemitraan dari para ulama untuk turut menjelaskan kepada masyarakat, khususnya terkait kegiatan keagamaan saat PSBB ini," kata Mohammad Idris dalam keterangan tertulisnya, Ahad (19/4).
Idris mengatakan pihaknya telah melakukan konferensi video dilakukan bersama belasan organisasi masyarakat (ormas) Islam. Seperti Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Kota Depok, dan PC Muhammadiyah Kota Depok. Ia mengatakan apabila yang menyampaikan tokoh agama, dengan pengemasan bahasa tertentu, dinilai lebih mudah diikuti masyarakat. Karena itu pihaknya sedang merekayasa kolaborasi antara kepolisian dan ulama.
Idris menjelaskan, sekarang ini Kota Depok memasuki hari kelima pelaksanaan PSBB. "Tentunya ada evaluasi pelaksanaan PSBB," jelasnya.
Pada pelaksanaan PSBB pertama di Kota Depok Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil menyatakan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hari pertama di Kota Depok, Jawa Barat masih banyak pelanggaran yang dilakukan warga. "Kalau PSBB ini dijalankan dengan disiplin, maka akhir Juni sudah memasuki tren turun. Tetapi bila PSBB tidak diikuti oleh perusahaan yang masih bandel, mereka yang tidak jaga jarak maka mungkin setelah Juni Covid-19 masih terus berlangsung," katanya.
Ridwan Kamil yang didampingi Wali Kota Depok Mohammad Idris ketika meninjau pengawasan pelaksanaan PSBB di perbatasan Depok-Kabupaten Bogor di Cilodong, Depok, Rabu (15/4). Emil juga meninjau pos check point di beberapa titik di Kota Depok, di antaranya di Jalan Kerinci, Sukmajaya.
Gubernur Jabar menilai pelaksanaan PSBB di Kota Depok belum maksimal. Masih banyak masyarakat yang melanggar dan lalu lalang warga di jalan di Kota Depok.
Berdasarkan pantauan selama lima hari pelaksanaan PSBB di jalan-jalan utama di Kota Depok memang terlihat sepi seperti di Jalan Margonda ataupun Jalan Raya Bogor. Namun di jalan-jalan alternatif ataupun perkampungan di kota tersebut masih terlihat ramai oleh lalu lalang kendaraan maupun para pedagang kecil.