REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan percakapan via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Ahad (19/4). Mereka membahas tentang wabah Covid-19.
Pada kesempatan itu, Trump dan Erdogan menyatakan komitmen menjalin kerja sama untuk menangani pandemi beserta dampak yang ditimbulkannya. "(Kedua pemimpin) sepakat melanjutkan kerja sama erat mereka melawan ancaman yang ditimbulkan pandemi virus corona terhadap kesehatan masyarakat dan ekonomi kita," kata kantor kepresidenan Turki dalam sebuah pernyataan.
Tak dijelaskan secara mendetail seperti apa kerja sama yang akan dijalin kedua negara untuk mengatasi pandemi Covid-19 beserta efeknya. Hingga berita ini ditulis, Turki telah memiliki 86.306 pasien dengan korban meninggal mencapai 2.017 jiwa.
Istanbul merupakan pusat penyebaran wabah dengan total kasus mencapai 12.231. Sebanyak 117 warga di kota tersebut telah meninggal akibat virus.
Sementara AS memiliki 761.183 kasus Covid-19 dengan 40.403 korban jiwa. Angka itu menjadikan Negeri Paman Sam sebagai negara dengan jumlah kasus dan kematian terbanyak di dunia.
Negara Bagian New York merupakan daerah yang paling parah terdampak wabah. Terdapat lebih dari 242 ribu kasus Covid-19 di wilayah tersebut. Sementara korban meninggal di sana mencapai 13.869 jiwa.
Tingginya kasus dan kematian akibat Covid-19 di AS menyebabkan Trump menuai banyak kritik. Dia dianggap lamban dan tak responsif dalam menangani wabah.