Senin 20 Apr 2020 13:47 WIB

Polisi Dalami Motif Pelaku Penembakan di Nova Scotia

Polisi Kanada mendalami motif penembakan yang menewaskan 16 orang di Nova Scotia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Polisi Kanada mendalami motif penembakan yang menewaskan 16 orang di Nova Scotia. (ilustrasi).
Foto: Matt Stone/The Boston Herald via AP
Polisi Kanada mendalami motif penembakan yang menewaskan 16 orang di Nova Scotia. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PORTAPIQUE -- Kepolisian di Provinsi Nova Scotia, Kanada, sedang mendalami motif pelaku penembakan yang telah menewaskan sedikitnya 16 orang. Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengidentifikasi pelaku merupakan Gabriel Wortman (51 tahun) yang bekerja sebagai seorang pembuat gigi palsu.

Komisaris RCMP, Brenda Lucki, mengatakan kepada Canadian Broadcasting Corp bahwa pelaku penembakan telah meninggal dunia dalam baku tembak dengan polisi. Menurut dia, tidak ada indikasi bahwa penembakan massal itu terkait dengan terorisme.

Baca Juga

Salah seorang warga yang menjadi korban adalah seorang mantan perwira RCMP, yakni Heidi Stevenson, dengan kedua anaknya. Hingga saat ini polisi belum menemukan keterkaitan maupun motif dari pelaku dengan korban.

"Hari ini adalah hari yang menghancurkan bagi Nova Scotia dan itu akan tetap terukir di benak selama bertahun-tahun yang akan datang," kata Komandan RCMP di Nova Scotia, Lee Bergerman.

Polisi menerima laporan penembakan di sebuah rumah di kota pantai kecil, Portapique, sekitar 130 kilometer utara provinsi, Halifax, pada Sabtu malam. Petugas operasi kriminal RCMP di Nova Scotia, Chris Leather, mengatakan, ketika tiba di lokasi petugas menemukan sejumlah korban telah meninggal dunia di dalam dan di luar rumah.

Beberapa bangunan di kota itu terbakar. Polisi pun terlibat baku tembak dengan pelaku. Leather mengatakan, pelaku telah melakukan aksi penembakan di lokasi lainnya. "Pelaku memiliki seragam dan mobil polisi," ujar Leather.

Menurut situs Masyarakat Dokter Gigi Nova Scotia dan Better Business Bureau tingkat provinsi, Wortman mengoperasikan klinik gigi tiruan di Dartmouth, dekat dengan Halifax. Leather mengatakan, polisi akan meninjau kemungkinan keterkaitan penembakan dengan penerapan kebijakan lockdown. Kebijakan ini telah membuat sejumlah bisnis terpaksa tutup.

Seorang saksi mata, Darcy Sack, mengaku melihat dua mobil polisi yang terbakar. Selain itu, dia mendengar suara tembakan. "Ada satu petugas yang bisa kita lihat di tempat kejadian dan kemudian tiba-tiba dia berlari ke arah salah satu kendaraan yang terbakar," ujar Sack.

Perdana Menteri Nova Scotia, Stephen McNeil, mengatakan penembakan ini merupakan salah satu tindakan kekerasan yang paling tidak masuk akal dalam sejarah provinsi tersebut. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyesalkan terjadinya insiden penembakan tersebut.

Penembakan ini adalah yang terburuk sejak seorang pria bersenjata membunuh 15 wanita di Montreal pada Desember 1989. Selain itu, seorang pria yang mengendarai mobil van sengaja menabrak dan membunuh 10 orang di Toronto pada April 2018. Penembakan massal relatif jarang terjadi di Kanada, yang memiliki undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat daripada Amerika Serikat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement