Senin 20 Apr 2020 17:24 WIB

Data Lebih Kecil, Jubir: Tak Semua Meninggal karena Corona

Pemerintah mencatat 590 orang meninggal karena Corona.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Tim medis RS Bhayangkara Kendari memakamkan pasien positif COVID-19 di Tempat Pekuburan Punggolaka, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (18/4/2020). Pasien positif COVID-19 berinisial RR berusia 75 tahun berdomisili di kota Kendari tersebut sempat dirawat di ruang isolasi RS Bahteramas Kendari sejak Kamis (2/4/2020) dan meninggal dunia pada Sabtu (18/4/2020) sekitar pukul 01.30 dini hari.
Foto: Antara/Jojon
Tim medis RS Bhayangkara Kendari memakamkan pasien positif COVID-19 di Tempat Pekuburan Punggolaka, Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (18/4/2020). Pasien positif COVID-19 berinisial RR berusia 75 tahun berdomisili di kota Kendari tersebut sempat dirawat di ruang isolasi RS Bahteramas Kendari sejak Kamis (2/4/2020) dan meninggal dunia pada Sabtu (18/4/2020) sekitar pukul 01.30 dini hari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mencatat angka kematian karena Covid-19 hingga Senin (20/4) pukul 12.00 WIB sebanyak 590 orang.

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, data jumlah meninggal tersebut berdasarkan angka dari pasien yang telah terkonfirmasi positif Covid-19.

Baca Juga

Yurianto mengakui jumlah itu di bawah jumlah seluruh kasus meninggal yang menggunakan prosedur protokol Covid-19.

"Kasus meninggal konfirmasi positif sebanyak 590 orang, sudah barang tentu jumlah ini di bawah jumlah semua kasus meninggal. Karena tidak semuanya kasus meninggal itu disebabkan Covid-19," ujar Yurianto saat update kasus Covid-19 di Graha BNPB, Jakarta, Senin (20/4).

Yudi menjelaskan, ada kasus meninggal yang menggunakan prosedur penanganan Covid-19, namun karena penyakit lain. Karena itu, Yuri seolah menjawab keraguan beberapa pihak terkait data kematian yang dirilis Gugus Tugas  jauh lebih kecil dibandingkan laporan rumah sakit.

"Karena tidak semuanya kasus meninggal itu disebabkan Covid, ada kasus-kasus lain yang meninggal bukan karena Covid-19," ujar Yurianto.

Sementara jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 per Senin (20/4) hari ini bertambah 185 orang, dengan akumulasi saat ini sebanyak 6.760 orang. Sementara, penambahan pasien sembuh sebanyak 61 orang sejak Ahad (19/4) hingga Senin (20/4) sehingga jumlah pasien sembuh saat ini sebanyak 747 orang.

Hari ini juga Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyinggung agar jajarannya benar-benar menerapkan komunikasi terbuka mengenai penanganan pandemi Covid-19. Presiden meminta Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dan instansi lain yang terkait untuk transparan menyampaikan seluruh data dan informasi kepada masyarakat.

"Mengenai komunikasi yang terbuka. Sistem, data, dan informasi yang terbuka kepada semua pihak. Jangan ada yang menganggap-anggap lagi kita ini menutup-nutupi. Tidak ada sejak awal kita ingin menutup-nutupi masalah yang ada," kata Presiden Jokowi dalam pembukaan rapat terbatas, Senin (20/4).

Presiden tidak menjelaskan lebih terperinci apa yang ia maksud dengan data dan informasi penanganan Covid-19 tersebut. Namun, beberapa waktu terakhir, ada sejumlah pihak yang meragukan keakuratan data pasien Covid-19 yang dirilis Pemerintah.

Salah satunya, soal jumlah pemakaman dengan protokol Covid-19 yang dilakukan di DKI Jakarta juga jauh lebih tinggi daripada angka pasien konfirmasi positif yang meninggal dunia.

Data berbeda juga disebutkan Ikatan Dokter Indonesia sebagaimana diberitakan beberapa portal media online. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut kematian terkait virus Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1.000 orang. Namun jumlah itu termasuk pasien dalam pengawasan (PDP) Corona yang meninggal sebelum diketahui hasil tesnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement