Selasa 21 Apr 2020 07:01 WIB

Akibat Lockdown, Harga Minyak AS Anjlok ke Negatif

Lockdown membuat orang tidak keluar rumah sehingga tidak membutuhkan minyak.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Friska Yolandha
Harga minyak AS telah berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah, akibat pemberlakuan lockdown di sebagian negara.
Foto: REUTERS/Jon Nazca
Harga minyak AS telah berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah, akibat pemberlakuan lockdown di sebagian negara.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Harga minyak AS telah berubah negatif untuk pertama kalinya dalam sejarah. Itu berarti produsen minyak membayar pembeli untuk mengambil minyak dari tangan mereka karena kekhawatiran bahwa kapasitas penyimpanan akan habis pada bulan Mei.

Permintaan minyak telah jauh berkurang karena lockdown. Orang-orang tidak keluar rumah sehingga tidak membutuhkan minyak.

Akibatnya, perusahaan minyak terpaksa menyewa tanker untuk menyimpan kelebihan pasokan. Akibatnya, hal itu mendorong harga minyak AS ke wilayah negatif.

Harga minyak per barel West Texas Intermediate (WTI), acuan untuk minyak AS, turun hingga minus 37,63 dolar AS per barel. Penurunan tajam pada hari Senin (20/4) sebagian didorong oleh teknis pasar minyak global. 

Minyak diperdagangkan dengan harga di masa depan dan kontrak berjangka Mei akan berakhir pada hari Selasa (21/4). Pedagang ingin melepas kepemilikan tersebut untuk menghindari keharusan mengambil pengiriman minyak dan mengeluarkan biaya penyimpanan.

Harga Juni untuk WTI juga turun, tetapi diperdagangkan di atas 20 dolar AS per barel. Sementara itu, Brent Crude, patokan yang digunakan oleh Eropa dan seluruh dunia, juga lebih lemah, turun 8,9 persen menjadi kurang dari 26 dolar AS per barel.

Industri minyak telah berjuang dengan jatuhnya permintaan dan dalam perselisihan di antara produsen tentang pengurangan produksi. Awal bulan ini, anggota OPEC dan sekutunya akhirnya menyetujui kesepakatan data untuk memangkas produksi global sekitar 10 persen. Kesepakatan itu merupakan pengurangan terbesar dalam produksi minyak yang pernah disepakati.

Tetapi beberapa analis mengatakan pemangkasan itu tidak cukup besar untuk membuat perbedaan.

"Tidak butuh waktu lama bagi pasar untuk menyadari bahwa kesepakatan OPEC + tidak akan cukup untuk menyeimbangkan pasar minyak dalam bentuknya yang sekarang," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar global di Axicorp, dilansir BBC.

Sementara itu, kekhawatiran terus meningkat bahwa fasilitas penyimpanan di AS akan kehabisan kapasitas. Titik pengiriman utama di AS untuk minyak, Cushing, naik hampir 50 persen sejak awal Maret, menurut ANZ Bank.

"Kami memiliki harapan untuk pemulihan akhir tahun ini," kata bank dalam catatan penelitiannya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement