REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) memiliki tantangan berat di depan mata. Ini terkait kelanjutan kompetisi antarklub Benua Biru.
Lantaran pandemi covid-19, berbagai event sepak bola terhenti. Tak hanya liga domestik. Liga Champions dan Liga Europa juga mengalami ketidakjelasan nasib.
Belakangan sejumlah opsi muncul ke permukaan. Pertama, UEFA bakal menyelenggarakan pertandingan tersisa sejak awal Agustus 2020. Beberapa tim masih memiliki satu leg tersisa di fase 16 besar.
Jika sesuai rencana, final Liga Champions bisa berlangsung pada 29 Agustus di Istanbul, Turki, tanpa harus mengubah sistem kompetisi. Adapun final Liga Europa digelar tiga hari sebelumnya.
Opsi kedua, setelah semua babak 16 besar rampung, maka selanjutnya akan dimainkan partai satu leg hingga final. Duel tersebut dimainkan sekali sepekan.
"Prioritasnya adalah menyelesaikan kompetisi domestik terlebih dahulu. Setelah itu fokus bisa dialihkan ke ajang Eropa," demikian laporan UEFA dikutip dari Football Italia, Senin (20/4).
Sebelum kompetisi dihentikan, empat dari delapan tiket babak perempat final Liga Champions sudah disegel oleh empat tim. Keempat tim tersebut adalah Atletico Madrid, RB Leipzig, Atalanta, dan Paris Saint-Germain (PSG). Empat tiket sisa masih diperebutkan delapan tim yang belum memainkan leg kedua babak 16 besar. Sementara itu, babak 16 besar Liga Europa belum dimainkan sama sekali.
Pekan ini, UEFA kembali menggelar pertemuan melalui video conference. Komite Eksekutif UEFA bertemu perwakilan asosiasi dari 55 anggotanya. Inti dari materi rapat adalah membahas perkembangan terbaru, dampak dari adanya wabah corona pada sepak bola Eropa.
Komunikasi akan terus dilakukan setelah pertemuan tersebut. Berbagai usaha ini diharapkan bisa menemukan formula terbaik mengenai penjadwalan pertandingan. Sejauh ini, belum ada rumor yang mengarah pada pembatalan kompetisi.
Pasalnya, beberapa tim sudah melangkah jauh. Kurang elok jika harus ditiadakan. Sebagai contoh, khusus di Liga Champions, klub debutan seperti Atalanta dan RB Leipzig sudah menembus fase perempat final.
Sebuah pukulan telak bagi kedua tim tersebut, jika kompetisi sampai ditiadakan. Namun tetap saja, kesehatan ada di posisi terdepan. Oleh karena itu, semua stakeholder berupaya keras mendapatkan solusi terbaik.
Jika mampu dilanjutkan, Presiden UEFA Aleksander Ceferin menegaskan, pertandingan harus berlangsung tanpa penonton. Ia memahami atmosfer yang tercipta bakal berbeda. Demi kesehatan manusia, lebih baik menonton lewat televisi daripada tidak sama sekali.
Ceferin mengakui, UEFA ingin kompetisi Benua Biru kembali bergulir pada Juli atau Agustus. Sebelumnya, ada pemberitaan mengenai rencana mengakhiri musim ini pada 3 Agustus 2020. Caferin menegaskan isu tersebut jauh dari rencana UEFA.
"Faktanya adalah kami benar-benar tidak banyak mengetahui (penanganan covid-19). Kami sedang menunggu perkembangan situasi yang mengerikan di dunia ini, terutama di Eropa," ujar Ceferin dikutip dari Sky Sport.
Artinya, UEFA tetap menunda kompetisi sampai batas waktu yang tak bisa ditentukan. Sebelum ajang Benua Biru digelar, kompetisi domestik harus memiliki kejelasan nasib terlebih dahulu.
Sejauh ini, hanya Jerman yang menunjukkan tanda-tanda positif. Sejumlah klub Bundesliga Jerman telah memulai pelatihan. Para pemain terbagi dalam kelompok kecil, dalam waktu yang berbeda. Rencananya, menjelang pertengan Mei, Bayern Muenchen dan klub Bundesliga lainnya, kembali bertanding.
Jika Bundesliga mampu bergerak sesuai rencana, maka menjadi sinyal positif bagi kompetisi yang lain. Terutama untuk Liga Primer Inggris, La Liga Spanyol, dan Serie A Italia. Ujung dari semuanya adalah merampungkan Liga Champions dan Liga Europa.