REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) menargetkan bahwa misi Dragonfly akan mendarat di permukaan bulan planet Saturnus, Titan pada 2034 mendatang. Misi itu dilakukan menyusul Titan merupakan salah satu bulan terbaik dalam sistem tata surya.
Kendaraan luar angkasa akan memasuki atmosfir dan mendarat di permukaan Titan untuk mengeksplorasi sungai, danau, lautan hingga angkasa. Hal serupa sempat dilakukan oleh penyelidikan Huygens 15 tahun lalu.
Seperti diwartakan Popular Mechanis, Selasa (21/4) Titan merupakan bulan yang cenderung familiar karena demografinya yang mirip Bumi. Alih-alih berisi air layaknya Bumi, Titan ditutupi oleh danau dan sungai metana dan etana.
Para astronom mendapati bahwa Kemiripan Titan dengan Bumi juga terlihat dari keberadaan pusaran angin. Hal tersebut kemungkinan juga akan dibuktikan melalui pendaratan Dragonfly di Titan nanti.
Pusaran angin itu terbentuk ketika bagian-bagian kecil pada permukaan memanas. Naiknya udara panas yang ditangkap oleh angin lantas membentuk kolom berputar yang menyapu debu dan puing-puing lainnya.
Di Bumi pusaran angin kebanyakan tidak berbahaya. Sementara, di Titan, meski hanya masih dalam bentuk hipotesis namun astronom masih meneliti lebih lanjut guna mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang pusaran angin di sana.
Meski demikian, astronom percaya bahwa terdapat partikel debu organik tebal di permukaan Titan. Astronom mengaku juga telah mengamati keberadaan badai debu di sana sehingga angin topan kemungkinan terjadi sangat besar.
"Angin di permukaan Titan biasanya sangat lemah. Kecuali ada badai besar yang menggulung, mungkin tidak ada banyak angin, sehingga pusaran angin mungkin salah satu mekanisme transportasi debu utama di Titan," kata ilmuwan planet dari Boise State University, Brian Jackson.
Tak hanya Titan dan Bumi, pusaran angin juga kerap terlihat di Mars. Hal itu paling umum terjadi selama musim semi dan musim panas ketika suhu di permukaan planet hangat.
Pusaran angin terbesar yang pernah diamati di planet merah itu mencapai ketinggian hingga delapan kilometer. Mereka meninggalkan garis-garis bersilang-silang melintasi permukaan planet sepanjang empat kilometer.
Sayangnya, pusaran angin itu cenderung bermuatan listrik sehingga dapat menyebabkan kerusakan serius. Pusaran angin dengan kilatan petir itu dapat melintas dengan kecepatan angin hingga 112 kilometer perjam.
"Tekanan atmosfer di Mars hanya satu persen di permukaan laut Bumi sehingga tidak akan ada banyak angin untuk dilawan," kata ilmuwan atmosfer dari Universitas A&M Texas, Mark T. Lemmon.