Selasa 21 Apr 2020 14:11 WIB

Menko Jelaskan Dampak Anjloknya Harga Minyak terhadap Negara

Anjloknya harga minyak AS tak berdampak langsung pada Indonesia.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolandha
Anjloknya harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), acuan untuk minyak Amerika Serikat (AS), ke level minus 37,63 dolar AS per barel, Senin (20/4), ternyata tidak memberikan dampak langsung ke Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, penentuan harga bahan bakar minyak di Indonesia mengacu pada publikasi MOPS yang berdasar pada harga minyak jenis Brent, bukan WTI seperti yang menjadi acuan di AS.
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Anjloknya harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), acuan untuk minyak Amerika Serikat (AS), ke level minus 37,63 dolar AS per barel, Senin (20/4), ternyata tidak memberikan dampak langsung ke Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, penentuan harga bahan bakar minyak di Indonesia mengacu pada publikasi MOPS yang berdasar pada harga minyak jenis Brent, bukan WTI seperti yang menjadi acuan di AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anjloknya harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), acuan untuk minyak Amerika Serikat (AS), ke level minus 37,63 dolar AS per barel, Senin (20/4), ternyata tidak memberikan dampak langsung ke Indonesia. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan, penentuan harga bahan bakar minyak di Indonesia mengacu pada publikasi MOPS yang berdasar pada harga minyak jenis Brent, bukan WTI seperti yang menjadi acuan di AS.

"Kaitan dengan Indonesia, basis harga kita MOPS bukan WTI. Dan MOPS ini basisnya adalah Brent. Namun ini memang pasti akan memberikan tekanan. Bagi Indonesia akan memonitor karena terkait dengan kebijakan Biodiesel," ujar Airlangga usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Selasa (21/4).

Baca Juga

Menurut Airlangga, dampak yang akan dialami Indonesia lebih kepada kebijakan produksi biodiesel. Harga minyak mentah jenis Brent sendiri bergerak di angka 20-30 dolar AS per barel. Terkait anjloknya harga jual minyak mentah di AS, Airlangga menyebutkan bahwa suplai di sana memang berlebih. Ditambah lagi, tanggal 21 April merupakan batas 'delivery future market' minyak mentah WTI oleh produsen minyak AS.

Airlangga menambahkan, kebijakan lockdown atau karantina wilayah yang diterapkan berbagai negara dunia membuat kebutuhan terhadap minyak mentah turun drastis sebesar 25-29 juta barel per hari. Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) sudah sepakat memangkas produksi hingga 10 juta barel per hari, namun langkah ini dianggap belum cukup.

"kita tahu di AS jadi produsen besar 13 juta barel oil per day dan mereka mau memangkas 2 juta. Namun kebijakan tersebut, dan pemotongan OPEC 10 juta barel per day itu diperkirakan belum cukup untuk menyerap demand shock dari Covid-19," jelas Airlangga.

Desakan kepada pemerintah untuk menurunkan harga jual BBM di dalam negeri memang semakin deras. Namun alasan di baliknya tidak spesifik disebabkan anjloknya harga minyak WTI di AS. Sebagai acuan MOPS yang dijadikan dasar penentuan harga BBM di Indonesia, harga minyak Brent juga mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir.

Seperti diketahui, ada awal Maret tahun ini terjadi konflik antara negara anggota OPEC dan non-OPEC yang menyebabkan indikasi kelebihan pasokan dan memicu turunnya harga minyak dunia yang tajam. Kejadian ini bersamaan dengan adanya pandemic Covid-19 yang mulai merebak sejak awal 2020.

Melihat pandemi corona yang terjadi, pada awal April OPEC+ sepakat memotong produksi minyak ke pasar dunia sebesar 9,7 juta barel per hari pada Mei dan Juni 2020 dan tidak menutup kemungkinan bisa diperpanjang.

Namun demikian hasil perundingan tersebut masih belum memberi perubahan harga minyak karena permintaan menurun akibat pandemi Covid-19. Kondisi ini diperparah oleh banyak negara menerapkan kebijakan lockdown yang dibayangi melemahnya perekonomian global.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement