REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun, di saat Rasulullah menjalankan sholat, Abu Jahal masih mengancamnya. Sehingga Allah turunkan lagi ancaman dengan redaksi akan menyeret ubun-ubun (Abu Jahal).
Namun demikian, Abu Jahal tak berhenti menghalangi Nabi Muhammad SAW. Bahkan, Abu Jahal adalah tokoh di balik terwujudnya perang Badar yang terjadi pada tahun kedua hijriyah.
Terbuktinya ancaman Allah
Namun demikian, pada perang Badar inilah ancaman Allah terbukti. Dalam perang Badar, perang antara kaum Muslimin yang hanya berjumlah 317 orang melawan kaum kafir sebanyak 1.300 orang, Allah membuktikan ancamannya. Abu Jahal dan pasukannya tewas.
Umat Muslim menang dalam perang ini. Sejarawan Ibnu Ishaq meriwayatkan Mu’adz bin Amr Al-Jamuh adalah orang yang mengincar Abu Jahal dalam perang Badar. Dengan pedangnya, dia menebas betis Abu Jahal sehingga putus.
Namun demikian, putra Abu Jahal—Ikrimah—membela ayahnya dengan menebas bahu Muadz sehingga tangan sahabat Nabi ini terputus namun dia tetap bertahan. Selanjutnya, muncul Mu’awwaz bin Afra yang mendapati Abu Jahal tergeletak. Maka dihajarnya Abu Jahal sehingga tak mampu bergerak, tetapi masih hidup, dan ketika itu ia ditinggal oleh Muadz.
Selanjutnya, dalam keadaan tak berdaya ia ditemui oleh Ibnu Mas’ud, seorang sahabat Nabi yang pendek dan lemah. Khawatir jangan sampai Abu Jahal masih memiliki kekuatan, dia pun membunuhnya. Demikian ancaman Allah—pada masa jaya Abu Jahal—untuk menyeret ubun-ubunnya jika dia tidak berhenti membangkang kepada Rasulullah SAW.