Rabu 22 Apr 2020 00:13 WIB

AS: China Ambil Keuntungan Komersial dari Pandemi Corona

AS menjadi negara yang paling parah terdampak pandemi corona menurut statistik resmi.

Bendera Cina-Amerika
Foto: washingtonote
Bendera Cina-Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Gedung Putih Peter Navarro menuduh bahwa China mungkin menahan data awal infeksi virus corona karena ingin memenangkan persaingan komersial untuk membuat vaksin. Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara yang paling parah terdampak pandemi corona menurut statistik resmi, telah berulang kali meminta Beijing untuk berbagi data awal mengenai wabah tersebut, yang dimulai di Wuhan, China.

"Salah satu alasan mengapa mereka mungkin tidak membiarkan kami masuk dan memberi kami data tentang virus ini lebih awal, adalah mereka bersaing untuk membuat vaksin dan mereka berpikir ini hanya perlombaan bisnis yang kompetitif, itu adalah peluang bisnis sehingga mereka dapat menjual vaksin ke dunia," kata Navarro kepada Fox Business, Senin (20/4).

Baca Juga

"Tapi kita akan mengalahkan mereka. Kita akan mengalahkan mereka karena kepemimpinan Presiden Trump," Kata Navarro.

Ia mengatakan Departemen Kesehatan dan Pelayanan Kemanusiaan (HHS) Amerika Serikat telah memulai kerja sama dengan sejumlah perusahaan.

Trump telah menunjuk Navarro, seorang kritikus keras China, untuk menangani masalah jalur pasokan yang berkaitan dengan pandemi virus corona.

Saat ini tidak ada perawatan atau vaksin yang disetujui untuk Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona yang telah membunuh lebih dari 165.854 orang secara global, dengan lebih dari 2,41 juta orang terinfeksi, menurut hitungan Reuters.

Amerika Serikat memiliki lebih dari 760 ribu infeksi virus corona yang dikonfirmasi dan lebih dari 41.100 kematian.

Pemerintah AS telah menghentikan kesepakatan dengan Johnson & Johnson dan Moderna Inc dan mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan setidaknya dua perusahaan lain untuk mempersiapkan mereka untuk memproduksi sejumlah besar vaksin corona bahkan sebelum vaksin yang aman dan efektif tersedia.

Sebagian besar pejabat kesehatan masyarakat mengatakan tidak ada vaksin yang diperkirakan siap digunakan hingga setidaknya 2021, karena itu masih harus diuji secara luas pada manusia sebelum diberikan kepada ratusan juta, jika bukan miliaran, orang untuk mencegah infeksi.

Direktur Badan Penelitian dan Pengembangan Tingkat Lanjut Biomedis HHS mengatakan kepada Reuters bulan lalu bahwa pihaknya berencana untuk mendukung lima atau enam kandidat vaksin eksperimental, dengan harapan memiliki dua atau tiga yang sukses.

China telah menyetujui setidaknya tiga vaksin virus corona eksperimental untuk diuji pada manusia sejak wabah virus.

Surat kabar Beijing Daily yang dikontrol pemerintah mengutip direktur di Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit China, yang mengatakan bahwa China mungkin menggunakan vaksin eksperimental pada beberapa orang, seperti pekerja medis, pada awal tahun ini.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo minggu lalu mendesak diplomat tinggi China tentang perlunya transparansi penuh dan berbagi informasi dalam perang melawan virus. China menegaskan negara itu transparan dan telah mengkritik tajam pejabat AS yang meragukan hal itu.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement