REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menargetkan komposisi investasi di Jawa dan Luar Jawa akan semakin berimbang di masa mendatang. Berdasarkan data BKPM, sepanjang triwulan pertama 2020, investasi di luar Jawa meningkat 19,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Secara komposisi pun terjadi peningkatan, dari sebelumnya 44 persen menjadi 48,6 persen terhadap nilai keseluruhan realisasi investasi. "Secara keseluruhan, peningkatan investasi di luar Jawa menggambarkan dan membuktikan pembangunan infrastruktur pada pemerintahan Jokowi-JK. Karena syarat utama investasi di suatu wilayah ada tiga, yaitu infrastruktur yang bagus, tenaga kerja tersedia dan murah, serta ketersediaan bahan baku. Target BKPM ke depan minimal komposisi investasi di Jawa dan luar Jawa berimbang," kata Bahlil dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (21/4).
Secara rinci, total Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di luar Jawa tahun 2019 adalah Rp 85,8 triliun dan meningkat 19,3 persen menjadi Rp 102,4 triliun pada tahun 2020.
Ada tiga lokasi di luar Jawa yang masuk ke dalam peringkat lima besar realisasi investasi PMA periode triwulan pertama 2020. Investasi terbesar berada di DKI Jakarta, disusul Jawa Barat, Maluku Utara, Kepulauan Riau dan Sulawesi Tenggara."Di Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara ini besar nilainya karena ada pembangunan smelter nikel," kata Bahlil.
Sementara untuk PMDN periode triwulan pertama 2020, mayoritas investasi terkonsentrasi di wilayah Jawa dan hanya satu wilayah luar Jawa yang masuk lima besar, yaitu Riau. Investasi tertinggi berada di Jawa Timur, kemudian Jawa Barat, Jawa Tengah, Riau dan DKI Jakarta.
Komposisi Jawa dan luar Jawa yang hampir seimbang seperti triwulan pertama 2020 ini belum pernah terjadi sebelumnya. Merujuk data realisasi investasi 2015-2019, capaian terbaik komposisi Luar Jawa terjadi tahun 2016 yaitu sebesar 46,4 persen.