REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentu tak berlebihan bila Ibnu Sina (980-1037) dijuluki sebagai "Bapak Kedokteran Dunia." Sebab, perkembangan dunia medis awal tidak bisa terlepas dari nama besar sosok yang di Barat disebut Avicenna itu. Ia juga banyak menyumbangkan karya-karya asli dalam dunia kedokteran.
Dalam Qanun fi Thib (The Canon of Medicine) misalnya, ia menulis ensiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Ia juga adalah orang yang memperkenalkan penyembuhan secara sistematis, dan ini dijadikan rujukan selama tujuh abad lamanya.
Ibnu Sina pula yang mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki kuku saling berhubungan.
Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting dari ilmu kedokteran.
Selain The Canon of Medicine, ada satu lagi kitab karya Ibnu Sina yang tak kalah dahsyatnya pula. Asy-Syifa, begitu judul kitab karya Ibnu Sina ini. Sebuah kitab tentang cara-cara pengobatan sekaligus obatnya. Kitab ini di dunia ilmu kedokteran menjadi semacam ensiklopedia filosofi dunia kedokteran. Dalam bahasa Latin, kitab ini diterjemahkan menjadi Sanatio.
Ibnu Sina wafat pada tahun 428 H/1037 M di kota Hamdan, Iran. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia. Belasan abad sudah Ibnu Sina meninggalkan kita. Namun, ilmu dan karyanya sampai sekarang masih berguna.