Rabu 22 Apr 2020 06:34 WIB

PBB: Warga Dunia yang Kelaparan Bisa Naik Dua Kali Lipat

PBB mengatakan, warga dunia yang kelaparan bisa meningkat akibat pandemi Covid-19.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Reiny Dwinanda
Anak Yaman kelaparan. PBB mengatakan, warga dunia yang kelaparan bisa naik dua kali lipat akibat pandemi Covid-19.
Foto: Republika
Anak Yaman kelaparan. PBB mengatakan, warga dunia yang kelaparan bisa naik dua kali lipat akibat pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Program Pangan Dunia (WFP) PBB mengatakan, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut secara global bisa naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya. WFP mencatat, sebanyak 265 juta orang bakal kekurangan pangan karena kejatuhan ekonomi akibat dampak Covid-19.

Dalam sebuah laporan terbarunya, WFP mengatakan, lebih dari 130 juta orang berisiko kelaparan pada tahun ini akibat hilangnya pendapatan dari sektor pariwisata, turunnya pendapatan dan perjalanan, serta pembatasan lain yang terkait dengan pandemi Covid-19. Angka itu ditambah lagi dengan 135 juta orang yang sudah ada dalam kategori tersebut tahun sebelumnya.

Baca Juga

"Covid-19 berpotensi menjadi bencana bagi jutaan orang yang kehidupannya sudah sangat berisiko," ujar kepala ekonom dan direktur penelitian, penilaian, dan pemantauan di WFP, Arif Husain, dikutip Aljazirah, Rabu (22/4).

Husain pun menyerukan agar seluruh warga dunia bersatu untuk menangani ancaman kelaparan. Andaikan semua orang tak bergandengan tangan, dampaknya secara global akan sangat besar. Ia mengingatkan akan ada banyak korban jiwa dan orang yang kehilangan mata pencaharian.

"Krisis pangan dan krisis penghidupan adalah kategori tiga dari lima fase PBB, yang berarti kurangnya akses pangan dan kekurangan gizi di atas biasanya," katanya dalam konferesi pers virtual.

Kategori 5 berarti kelaparan massal. Para pejabat PBB tidak memberikan perincian geografis dari meningkatnya kebutuhan, tetapi mengatakan bahwa Afrika kemungkinan akan paling terpukul.

WFP memperkirakan akan membutuhkan 10 miliar hingga 12 miliar dolar AS untuk mendanai program bantuannya tahun ini dibandingkan dengan rekor 8,3 miliar dolar AS yang dikumpulkan tahun lalu. WFP berencana memprioritaskan stok makanan selama beberapa bulan mendatang untuk mengantisipasi meningkatnya kebutuhan.

Laporan global tahunan keempat pada Selasa (21/4) tentang krisis pangan oleh WFP dan mitra lainnya merekam bahwa kerawanan pangan sudah meningkat tahun lalu, sebelum pecahnya krisis akibat wabah virus corona. Tahun lalu tercatat 135 juta orang di 55 negara hidup dalam situasi krisis pangan akut atau keadaan darurat kemanusiaan. Peningkatan lebih dari 20 juta orang membawanya ke tingkat rekor dalam empat tahun laporan yang disusun.

Membandingkan 50 negara dalam laporan ini dan tahun lalu, jumlah orang yang mengalami krisis pangan meningkat hampir 10 persen menjadi 123 juta orang. Peningkatan ini disebabkan oleh konflik, goncangan ekonomi, dan peristiwa terkait cuaca seperti kekeringan.

Di Yaman dan Sudan Selatan yang dilanda konflik bertahun-tahun, lebih dari setengah populasi menghadapi kekurangan makanan akut. Hiba Morgan, koresponden Aljazirah melaporkan dari Ibu Kota Sudan, Khartoum, mengatakan bahwa di negara tetangga Sudan Selatan ada lebih dari 5 juta orang yang menghadapi kelaparan, bahkan sebelum Covid-19. Banyak dari mereka mengandalkan bantuan makanan untuk bertahan hidup. Di antara mereka ada 1,7 juta perempuan dan anak-anak kurang gizi akut.

"Jadi, dengan adanya virus corona, akses ke pengiriman layanan bantuan sangat terganggu karena pembatasan perjalanan," ujar Morgan. "Kita cenderung melihat jumlah mereka yang menderita kekurangan gizi dan kerawanan pangan meningkat dalam beberapa bulan mendatang," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement