REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam menjalani hidup, alangkah baiknya bagi manusia untuk melibatkan diri dalam pekerjaan yang bermanfaat. Karena sebagaimana diketahui, sebaik-baiknya manusia ialah mereka yang bermanfaat untuk orang sekitarnya.
Kita bisa menengok bagaimana teladan serta contoh buruk yang diberikan para umat terdahulu yang menyumbangkan dirinya dalam pekerjaan yang bermanfaat dan tidak. Sederet nama tokoh seperti Walid bin Mugirah, Umayyah bin Khalaf, dan Al-Ash bin Wail yang membelanjakan hartanya untuk memerangi kebenaran mendapatkan teguran dari Allah.
Allah SWT berfirman dalam Alquran Surah Al-Anfal ayat 36 berbunyi:
فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً ثُمَّ يُغْلَبُونَ ۗ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“.... Fasayunfiqunaha tsumma takunu alaihim hasratan tsumma yuglabun. Walladzina kafaru ila jahanama yuhsyarun,”.
Yang artinya: “Mereka akan terus menginfakkan harta itu, kemudian mereka akan menyesal sendiri dan akhirnya mereka akan dikalahkan. Ke dalam neraka jahanam lah orang-orang kafir itu akan dikumpulkan,”.
Dalam buku La Tahzan karya Syekh Aidh Al Qarni dijelaskan, namun dengan datangnya peringatan dari Allah SWT tersebut, tak jarang umat Muslim yang masih berlaku kikir dengan harta mereka. Sehingga tak terbangun menara keutamaan dan tugu keimanan yang kokoh.
Syeikh Aidh Al Qarni bercerita bahwa tak sedikit dirinya mendapati generasi kaum Muslim yang sama sekali tidak berbuat hal bermanfaat dalam hidup. Mereka hanya hidup dengan larut dalam makan, minum, main, tidur, dan menghabiskan waktu dengan percuma.