REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi IX DPR, Saleh Partaonan Daulay, menilai pengunduran diri Adamas Belva Syah Devara tak menghentikan polemik penunjukan Ruangguru sebagai mitra Kartu Prakerja. Proses penunjukan tersebut masih menjadi pertanyaan bagi publik.
Menurut Saleh, polemik itu muncul sebagai respons terhadap pemilihan Ruangguru yang ditunjuk sebagai mitra pelaksana Kartu Prakerja. "Sebetulnya semua biasa saja. Ini dianggap luar biasa karena Adamas adalah CEO Ruangguru," kata Saleh melalui pesan yang diterima Republika, Rabu (22/4).
Penunjukan Ruangguru sebagai mitra Prakerja memunculkan kesan bahwa penunjukan itu tidak objektif. Saleh pun menilai kesan itu wajar sebab pada saat proses penunjukan, Belva masih berstatus aktif sebagai staf khusus presiden.
“Ada teman yang bilang, sayang sekali dia mundur. Katanya, kalaupun mundur, tetap saja polemiknya tidak selesai. Bahkan, orang akan mengatakan bahwa dia hanya mundur beberapa langkah untuk maju triliunan langkah," kata Sekretaris Fraksi PAN ini.
Sejak awal, menurut Saleh, yang menjadi persoalan utama bukanlah osisinya sebagai staf khusus Jokowi. Yang dipersoalkan adalah proses penunjukan lembaganya sebagai mitra Kartu Prakerja. Sebaiknya, proses penunjukan Ruangguru dijelaskan secara terbuka.
“Kalau mundur seperti ini, bisa jadi orang malah menyangka bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Bahkan, ketidakwajaran itu ditunjukkan oleh sikap Adamas sendiri. Buktinya tidak wajar, dia mengundurkan diri. Kalau semua sesuai aturan kan tidak perlu mengundurkan diri. Apalagi, dia mengatakan bahwa keputusan mengundurkan diri itu adalah keputusan yang berat," kata Wakil Ketua Majelis Kehormatan Dewan DPR ini.