REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Badan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Bangladesh bekerja sama mengantisipasi risiko penyebaran wabah Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar. Bangladesh telah memastikan mereka dimasukkan ke dalam respons nasional.
Juru bicara UNHCR Andrej Mahecic mengungkapkan UNHCR dan para mitranya telah memulai pembangunan fasilitas isolasi serta perawatan. Mereka berencana menyediakan 1.900 tempat tidur untuk melayani para pengungsi, termasuk warga lokal.
Dia berharap persiapan dapat rampung dalam beberapa pekan mendatang. Selain pencegahan penyebaran Covid-19, UNHCR juga mengantisipasi datangnya musim penghujan. "Meskipun sangat penting untuk memprioritaskan persiapan terkait kesehatan masyarakat di kamp pada saat ini, kegiatan kesiapsiagaan topan dan musim hujan juga harus dilanjutkan," kata Mahecic, dikutip laman UN News pada Selasa (21/4).
Menurut Mahecic kedua persiapan itu penting mengingat situasi serta kondisi kamp pengungsi Rohingya. "Kita harus melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa kemungkinan penyebaran virus dan musim hujan mendatang tidak memperburuk situasi pengungsi Rohingya yang sudah sangat rentan di Bangladesh," ujarnya.
The 2020 Joint Response Plan for the Rohingya Humanitarian Crisis mencari dana sebesar 877 juta dolar AS untuk memenuhi kebutuhan paling kritis sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Hingga saat ini, hanya 16 persen yang telah didanai.
Mahecic mendesak masyarakat internasional berdiri dalam solidaritas dengan para pengungsi Rohingya. Hal itu guna mencegah terjadinya bencana kesehatan masyarakat di kamp pengungsi terbesar di dunia.
Sejauh ini, belum ditemukan kasus Covid-19 di kamp pengungsi Rohingya. Sementara Bangladesh memiliki 3.382 kasus dengan korban meninggal telah mencapai 110 jiwa.