Warta Ekonomi.co.id, Jakarta
Miliarder pemilik maskapai Virgin Australia, Richard Branson mengatakan bahwa perusahaan penerbangan miliknya di Amerika Serikat (AS) dan Australia sulit bertahan di tengah corona. Pria asal Inggris ini ia kesulitan tanpa adanya dukungan pemerintah.
Maskapai Virgin Group dikatakan kekurangan sumber daya keuangan untuk melewati pandemi. Menurut laporan Bloomberg, Branson telah melakukan segala upaya untuk menjaga Virgin Atlantic Airways Ltd.
Baca Juga: Lesu, Miliarder yang Hobi Investasi Ini Jual Rp6,4 Triliun Asetnya dari Sektor Penerbangan!
Meski demikian, perusahaan membutuhkan pinjaman komersial yang didukung Pemerintah Inggris untuk mengatasi krisis.
Tercatat lebih dari 70.000 orang bekerja di Virgin Grup yang tersebar di 35 negara. Itu sebabnya, pengusaha penerbangan flamboyan ini berjuang meyakinkan pemerintah untuk bersedia menyelamatkan bisnisnya.
Virgin Australia diketahui menguasai 31 persen pangsa pasar penerbangan domestik. Sementara, 58 persen lainnya dikuasai oleh Qantas.
Karena itulah, sekelompok konsumen dan politikus lokal menyuarakan kekhawatiran bila maskapai benar-benar dibiarkan kolaps, Qantas sebagai maskapai nasional akan memonopoli bisnis penerbangan di Australia.
Richard Branson sampai menawarkan sebuah pulau di Karibia sebagai jaminan untuk mendapat pinjaman bagi Virgin Atlantic dari Pemerintah Britania Raya.
Penjualan saham juga telah ditangguhkan dalam perusahaan selama dua pekan karena berjuang untuk menemukan rencana penyelamatan.