REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kepolisian Kanada masih belum menemukan motif penembakan di Nova Scotia pada akhir pekan lalu. Saat ini korban meninggal akibat insiden tersebut telah bertambah menjadi 23 orang termasuk pelaku.
Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengatakan sedang menyelidiki 16 tempat kejadian perkara yang menjadi bagian rangkaian dari aksi penembakan. Beberapa di antaranya termasuk rumah yang terbakar.
Polisi pun menyelidiki bagaimana pelaku, yakni Gabriel Wortman (51 tahun), memperoleh seragam asli kepolisian. Saat melancarkan aksinya, Wortman mengenakan seragam tersebut. Dia pun mengendarai mobil cruiser persis seperti yang dimiliki polisi.
Menurut Perdana Menteri Nova Scotia Stephen McNeil, militer membantu proses penyelidikan kepolisian. Wortman, yang berprofesi sebagai dokter gigi, melakukan aksi penembakan pada Sabtu (18/4) malam.
Kejadian itu bermula di sebuah rumah di Portapique, sebuah komunitas tepi laut pedesaan yang berpenduduk 100 orang saat musim dingin. Saat musim panas jumlah penduduknya bertambah menjadi sekitar 250 orang.
Selain di Portapique, Wortman sempat melakukan penembakan di lokasi lainnya. Pada Ahad (19/4) pagi, polisi menemukan Wortman di sebuah stasiun layanan. Dia ditembak dan tewas di tempat.
Insiden penembakan tersebut merupakan yang terburuk dalam 30 tahun terakhir. Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan undang-undang kontrol senjata yang lebih ketat telah siap diloloskan. Dia memang menjanjikan peraturan tersebut dalam pemilu federal pada Oktober 2019 lalu.
"Tragedi di Nova Scotia hanya memperkuat dan menggarisbawahi betapa pentingnya bagi kita untuk terus bergerak maju dalam memperkuat kontrol senjata di negara ini. Kami akan melakukannya pada waktu yang tepat," ujar Trudeau pada Selasa (21/4).