Rabu 22 Apr 2020 14:23 WIB

Tak Beroperasi, Masjid AS Terancam Kehilangan Tempat

Masjid AS yang tak beroperasi mengakibatkan sewa bulanan bangunan tersendat.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Ani Nursalikah
Tak Beroperasi, Masjid AS Terancam Kehilangan Tempat. Masjid Bellevue di Islamic Center of Nashville, Amerika Serikat.
Foto: icnbm.org
Tak Beroperasi, Masjid AS Terancam Kehilangan Tempat. Masjid Bellevue di Islamic Center of Nashville, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Masjid di beberapa wilayah di Amerika Serikat (AS) terkena dampak penyebaran virus corona. Bahkan, sewa bulanan masjid di berbagai wilayah AS sedang mengalami tekanan karena kurangnya jamaah yang datang dan bantuan serta kotak amal yang tak beroperasi.

"Kami menghubungi pemiliknya, tetapi mereka tidak menunjukkan fleksibilitas," kata pengurus komunitas Muslim Virginia Utara, Jamal Kakar seperti dilansir Middle East Eye, Rabu (22/4).

Baca Juga

Kakar yang telah melayani komunitas itu selama 20 tahun terakhir, hanya bisa mengenang operasional masjid sebelum adanya wabah. Menurut dia, Madinah Islamic Center di Springfield, contohnya, mampu menampung banyak Muslim di Virgina, terlebih tempat tersebut juga merupakan pusat budaya Islam dan masjid di wilayahnya.

Dia menambahkan, penutupan AS sejak Maret lalu, menyebabkan krisis di berbagai sektor. Salah satunya masjid. Masjid sedang tenggelam dalam bayang-bayang risiko kehilangan tempat karena sewa bulanan yang tak terpenuhi dari sumbangan.

Kakar melanjutkan, sebelum penutupan, masjid di wilayahnya beroperasi dengan baik. Bahkan, dari hasil infaq dan sedekah, bisa membayar sewa bulanan sebesar 10 ribu dolar AS, belum termasuk membayar para staf dan dana simpanan lain untuk membangun bangunan permanen lainnya.

Aral melintang, penutupan tempat umum seperti masjid di Amerika berdampak pada penutupan pendanaan utama masjid, yaitu sumbangan langsung. "Kami berharap dan berdoa agar kami tidak kehilangan masjid karena ketidakmampuan menutupi biaya bulanan kami," ujar Kakar.

Dia menambahkan, harapan Ramadhan yang merupakan bulan suci Islam dan bulan dengan sumbangan terbesar setiap tahunnya harus pupus karena pencegahan Covid-19.

Hal serupa juga terjadi di Islamic Center of Hawthorne di luar Los Angeles, Kalifornia. Menurut pengurus masjid, Jawdat Dajani, operasional masjid yang ditutup menyebabkan 70 persen dana masjid hilang.

"Apa yang kami lihat berbeda, karena secara fisik orang tidak berada di masjid," kata Dajani, yang menjabat sebagai presiden dewan direksi masjid.

Dajani mencatat, karena banyak jamaah yang berusia lanjut dan tidak membawa kartu kredit ke masjid, tidak mungkin mereka akan dapat berkontribusi dan menyumbangkan uang secara online. "Kami berharap pada akhir April, kami akan memiliki gagasan yang lebih baik [tentang apa yang kami lakukan]," katanya.

Dua masjid itu bisa dibilang masjid dengan pendapatan kecil di Amerika Serikat. Namun demikian, bukan berarti masjid dengan ukuran dan pendapatan yang lebih besar tak memiliki dampak.

Pasalnya, aliran dana beberapa masjid besar di negara itu juga terpengaruh. Meskipun ada pengelolaan dana yang lebih baik dari lainya.

Salah satunya adalah Masjid Dar al-Hijrah, di Virginia Utara, dengan pengeluaran bulanannya di wilayah sekitar 100 ribu dolar AS. Pendanaannya berasal dari berbagai sumber, termasuk sumbangan langsung, hibah dari organisasi bantuan, dan sumbangan dari usaha kecil.

"Ini adalah peristiwa yang mengalir deras, pada dasarnya semua menderita secara finansial. Dan karena warga menderita secara finansial, mereka tidak bisa bermurah hati," kata direktur urusan pemerintah dan publik di Dar al-Hijrah, Sayf Rahman.

Untuk membantu komunitas Muslim Amerika yang lebih besar terkait adanya dampak tersebut, empat imam di sana membentuk gerakan inisiatif crowdfunding atau pengumpulan dana massal agar membantu masjid-masjid di seluruh AS mempertahankan operasionalnya.

Sejauh ini, kampanye itu telah mengumpulkan lebih dari 175 ribu dolar AS dari sumbangan perorangan. Dan 162 ribu dolar AS dari dana pendamping bantuan Muslim, dengan total lebih dari 330 ribu dolar AS.

Inisiatif yang dihasilkan oleh para imam Yasir Qadhi, Zaid Shakir, Omar Suleiman, dan Suhaib Webbini, akan menyumbangkan sekitar 5.000 dolar AS hingga 10 ribu dolar AS dalam satu kali hibah untuk masjid-masjid di AS.

"Dampaknya pada masjid / pusat Islam kami, dan khususnya para imam dan anggota staf kami," kata kampanye itu di situs penggalangan dana.

Menurut mereka, hal ini bukan masalah yang hanya bisa ditangani oleh satu organisasi saja. Jauh dari itu, masalah ini harus ditangani oleh lembaga-lembaga lainnya dari berbagai pihak.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement