REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pada 22 April 1970 Hari Bumi Pertama diperingati setelah dikampanyekan oleh seorang Senator dari Wisconsin, AS, Gaylord Nelson. Kampanye tersebut sukses besar membuka mata masyarakat akan ancaman terbaru bagi bumi, yakni polusi dan kerusakan lingkungan alam.
Semenjak saat itu, Hari Bumi telah diperingati oleh masyarakat di berbagai belahan dunia dan kini sudah mencapai 50 tahun. Kampanye untuk menyadarkan dunia akan ancaman kerusakan alam terus berlanjut dengan kondisi Bumi yang terus mengalami perubahan.
Ketua Dewan Jaringan Hari Bumi Denis Hayes mengatakan bahwa saat ini dunia tengah menghadapi tantangan lingkungan global yang lebih mengerikan. Menurutnya, hampir eksistensial dari hilangnya keanekaragaman hayati hingga perubahan iklim hingga polusi plastik membutuhkan aksi di semua tingkat pemerintahan.
"Kita menemukan diri kita sendiri hari ini di dunia yang menghadapi ancaman global membutuhkan respons kompak global. Untuk Hari Bumi 2020, kami akan membangun sebuah generasi baru aktivis-aktivis lingkungan, melibatkan jutaan masyarakat seluruh dunia,” kata Earth Day Network President Kathleen Rogers dalam situs resmi earthday.org.
Apa saja yang telah terjadi selama 50 tahun?
Danau-danau yang Mengering
Efek gas rumah kaca menyebabkan panas bumi terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menyebabkan permukaan laut naik, namun danau justru mengering. Di samping itu, danau-danau juga mengering akibat aktivitas pertambangan dan pertanian yang tak terkontrol.
Sebagai contoh, danau Poopo di Bolivia pernah menjadi danau terbesar kedua. Pada masanya, danau itu menjadi sumber ikan utama bagi masyarakat lokal. Namun, saat ini danau ini kerap mengering, bahkan pernah mengering total pada 1994. Butuh waktu bertahun-tahun hingga air di danau itu kembali, dan waktu lebih lama lagi bagi ekosistem untuk kembali tumbuh.
Es dan Gletser Meleleh
Berdasarkan pengamatan satelit satelit pengamatan Bumi yang dikelola NASA dan Geological Survey Amerika Serikat, selama lima dekade menunjukkan perubahan sangat besar terhadap gletser. Lapisan es di kutub utara dan selatan Bumi ini mencair lebih cepat secara masif akibat pemanasan global.
Sebuah studi dalam jurnal Geophysical Research Letters memperkirakan adanya pengurangan besar-besaran es laut Kutub Utara selama tiga dekade ke depan. Studi tersebut memprediksi Kutub Utara akan mengalami musim panas bebas es pertamanya sebelum 2050.
Mencairnya es di kutub Bumi menyebabkan permukaan air laut naik dan berpotensi menenggelamkan pulau-pulau di Bumi.