REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akibat Covid-19, jelang Ramadhan kali ini, penjualan produk industri fashion Muslim justru menurun. Hal tersebut dialami pula oleh produsen fashion Muslim, Rabbani.
Asisten Direktur Promo dan Marketing Rabbani Ridwanul Karim menyatakan, penurunan penjualan saat ini cukup signifikan. "Ramadhan tahun ini jadi sangat spesial karena jauh di luar perkiraan. Di satu sisi kami sedang lari kencang tapi sekaligus ditarik supaya berhenti," ujar pria yang akrab disapa Iwang tersebut kepada Republika.co.id pada Rabu, (22/4).
Ia menjelaskan, produsen fashion Muslim tersebut sekarang mengalami kendala, baik pada hulu maupun hilirnya. "Di sisi hulu produksi kita, produktivitas turun," ucap Iwang.
Penyebab dari sisi hilir, ruang gerak penjualan dibatasi. Apalagi kini hampir di setiap daerah diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Maka otomatis, perusahaan hanya mengandalkan kekuatan digital. "Sebab kekuatan kita di retail offline dibatasi. Bukan hanya toko yang ditutup, ketika kita paksakan buka pun memang konsumennya diimbau tidak keluar rumah, ditambah daya beli melemah," tutur dia.
Meski begitu, ujar Iwang, Rabbani tetap berupaya bertahan dan menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Salah satunya melalui produksi masker secara masif.
"Sebelumnya kita sudah produksi masker tapi hanya sebagai pelengkap atau aksesoris kebutuhan fashion. Dengan adanya wabah ini, kita perbanyak pembuatan masker untuk mendukung penjualan fashion," kata Iwang menjelaskan.
Rabbani juga mengurangi kapasitas produksi. Sebab, perusahaan pun menerapkan pembatasan kerja.
"Ini kita siasati dengan sistem kerja bergantian. Misal kelompok satu produksi, nah kelompok dua bertugas sebagai sales, konsepnya door to door ke tetangga dan saudara," tuturnya.
Rabbani berusaha agar tidak ada karyawan yang dirumahkan, apalagi sampai dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). "Sekarang kita manajemen Rabbani tidak lagi memikirkan masalah pertumbuhan atau untung rugi," kata Iwang.