REPUBLIKA.CO.ID, NEWCASTLE -- Proses akusisi klub asal Inggris, Newcastle United, sepertinya tak akan berjalan mudah. Bukan soal berapa biaya yang harus dikeluarkan oleh Konsorsium Arab Saudi, namun rentetan protes diyakini bakal jadi penghalang terbesar.
Setelah lembaga hak asasi manusia (HAM) Amnesty International Britania Raya melayangkan protes terkait rentetan kasus HAM yang dilakukan calon pemimpin Newcastle, Mohammed bin Salman, kini perusahaan penyiaran beIN Sport mendesak otoritas Liga Primer Inggris untuk segera menghentikan proses pembelian klub asal Tynside, Inggris. Tak hanya itu, beIN Sport juga meminta 20 klub Liga Primer ikut menolak rencana Muhammed bin Salman.
Kepala Eksekutif beIN Sport Qatar, Yousef Al-Obaidly memberikan peringatan kepada otoritas liga atas bahaya akusisi Newcastle oleh
Mohammed bin Salman. Mereka pun menuding Pemerintah Arab Saudi terlibat dalam tindakan ilegal dengan membajak siaran langsung Liga Inggris di masa lalu.
Praktis hal itu bisa berdampak negatif bagi gelaran kompetisi Negeri Ratu Elizabeth dan juga ke-20 klub tersebut.
"Hal itu akan sangat bahaya. Sebagai rekan jangka panjang dan investor besar di Liga Primer Inggris, kami meminta Anda untuk memikirkan keputusan akusisi tersebut," kata Al-Obaidly dilansir Sportkeeda, Rabu (22/4).
Lebih lanjut, dalam surat tersebut beIN Sport juga mengingatkan jika otoritas Liga Primer pernah gagal menggugat Arabsat, perusahan satelit milik Saudi. Pada momen tersebut Arabsat dinilai menyiarkan pertandingan sepak bola dengan cara ilegal, di samping hubungan buruk yang terjadi pada dua belah pihak antara Qatar dan Saudi.
Soal pembelian Newcastle, Mohammed bin Salman sejatinya tinggal menunggu keputusan otoritas Liga Primer. Dirinya dan pemilik the Magpies saat ini, Mike Ashley, sebelumnya telah sepakat dengan nilai 300 juta pounds.
Nantinya, Mohammed bin Salman akan menguasai 80 persen saham klub lewat Saudi Arabia Public Invesment Fund. Sedangkan, saham lainnya dipegang oleh Amanda Staveley.