REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Mega Tbk mencetak laba bersih sebesar Rp 669 miliar di sepanjang kuartal I-2020, yang merupakan masa-masa awal berkembangnya pandemi Covid-19 di Tanah Air. Laba perseroan meningkat 38 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 484 miliar.
"Pencapaian ini dikontribusi dari meningkatnya net interest income sebesar 10 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 terutama karena meningkatnya pendapatan bunga kredit akibat volume kredit yang meningkat signifikan sebesar Rp 10,1 triliun atau tumbuh 23 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019," ujar Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib, Rabu (22/4).
Sementara itu, pendapatan jasa atau fee based income Bank Mega juga tercatat naik sebesar 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan kinerja positif Bank Mega juga terjadi pada pertumbuhan aset, dimana terdapat pertumbuhan sebesar 18 persen dari Rp84 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp 99 triliun pada periode Maret 2020.
Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat dari Rp 59 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp 76 triliun pada periode Maret 2020. DPK tumbuh sebesar 29 persen lebih tinggi dari pertumbuhan industri pada Februari 2020 yang hanya sebesar 7,77 persen.
Kredit tercatat tumbuh sebesar 23 persen dari Rp 44 triliun pada periode Maret 2019 menjadi Rp 54 triliun pada periode Maret 2020. Pertumbuhan kredit Bank Mega ini berada di atas rata-rata industri pada posisi Februari 2020 sebesar 5,93 persen.
Penyaluran kredit kepada korporasi tercatat sebagai segmen bisnis yang paling besar memberikan kontribusi pada penyaluran kredit secara keseluruhan. Peningkatan kredit korporasi terutama berasal dari kredit infrastruktur jalan tol yang dijamin pemerintah dan kredit kepada korporasi dengan rekam jehak yang baik.
Dari sisi likuiditas, Bank Mega memiliki kondisi yang kuat tercermin dari rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 67,5 persen, lebih rendah dibandingkan 71,3 persen pada Maret 2019.
"Hal ini menunjukkan besarnya cadangan likuiditas yang dimiliki oleh Bank Mega," ujar Kostaman.
Rasio keuangan lainnya juga mencatat peningkatan yang baik antara lain tingkat pengembalian aset (ROA) tercatat sebesar 3,3 persen naik dibandingkan 2,9 persen pada Maret 2019. Hal ini menunjukkan kemampuan perseroan untuk menghasilkan laba yang tinggi dalam mengelola asetnya.
BOPO menjadi 69,7 persen, membaik dibandingkan 72,2 persen pada Maret 2019, yang mencerminkan efisiensi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Angka itu juga lebih baik dari BOPO industri pada Februari 2020 yang tercatat sebesar 83,6 persen.
Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (CAR) Bank Mega mencapai 24,7 persen yang menunjukan kecukupan modal yang kuat. Sementara CAR industri pada Februari 2020 tercatat sebesar 22,27 persen.