Kamis 23 Apr 2020 08:22 WIB

New York Khawatirkan Gelombang Kedua Covid-19

Pembukaan juga akan diikuti oleh rumah film dan restoran pada minggu depan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Muhammad Fakhruddin
Darah seseorang dikumpulkan dari ujung jarinya untuk dilakukan pengujian antibodi coronavirus di tempat pengujian drive-through di Hempstead, New York, Selasa (14/4). Tes ini membutuhkan sekitar 15 menit untuk mencari adanya antibodi dalam darah seseorang yang menandakan bahwa mereka mungkin memiliki kekebalan terhadap virus corona.
Foto: AP/Seth Wenig
Darah seseorang dikumpulkan dari ujung jarinya untuk dilakukan pengujian antibodi coronavirus di tempat pengujian drive-through di Hempstead, New York, Selasa (14/4). Tes ini membutuhkan sekitar 15 menit untuk mencari adanya antibodi dalam darah seseorang yang menandakan bahwa mereka mungkin memiliki kekebalan terhadap virus corona.

REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Gubernur New York, Andrew Cuomo memperingatkan gelombang kedua yang bisa menerpa wilayahnya. Penyataan ini muncul ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta negara bagian untuk menjalankan kembali perekonomian.

"Ini bukan waktunya untuk bertindak bodoh. Lebih banyak orang akan mati jika kita tidak pintar," kata Cuomo.

Anggota Demokrat ini melakukan pertemuan dengan Trump pada Selasa (21/4). Dalam perbincangan keduanya itu, dia melaporkan wilayahnya mendapatkan 474 kematian akibat virus corona pada hari terakhir dan menjadi terendah sejak 1 April.

Jumlah tersebut memang menunjukkan tanda-tanda bahwa kondisi terburuk sudah berakhir, termasuk penurunan rawat inap. Namun, Cuomo memperingatkan kemungkinan gelombang kedua, jika pembatasan dilonggarkan secara tidak bertanggung jawab.

Cuomo mengakui bahwa pejabat lokal merasakan tekanan politik untuk membuka kembali bisnis. Hanya saja, dia memperingatkan agar tidak mengambil keputusan berdasarkan faktor-faktor tersebut.

"Kami melakukan langkah buruk, itu akan membuat kami kembali," kata Cuomo menyatakan pandemi tidak akan hilang dalam waktu dekat.

Dia pun memuji langkah-langkah segelintir negara bagian yang dipimpin Partai Republik karena telah membuka kembali. Terdapat setengah lusin negara bagian yang sebagian besar di Selatan, melonggarkan pedoman tinggal di rumah. Keputusan ini memungkinkan serangkaian bisnis yang tidak vital untuk kembali buka dan dapat menghidupkan ekonomi.

"Negara-negara dengan aman kembali. Negara kita mulai BUKA UNTUK BISNIS lagi. Perhatian khusus adalah, dan akan selalu, diberikan kepada para senior yang kita cintai (kecuali saya!)," tulis Trump melalui akun Twitter.

Pemerintah negara bagian dan lokal sebelumnya mengeluarkan perintah tinggal di rumah yang mempengaruhi sekitar 94 persen warga AS. Upaya ini untuk menekan laju korban infeksi dari virus corona.

Gubernur Texas, Greg Abbott, merupakan salah satu yang mematuhi permintaan Trump. Republikan ini memberi sinyal rencana pelonggaran pembatasan, berjanji untuk mengungkap rencananya pada pekan depan untuk membuka kembali sebanyak mungkin bisnis di negaranya pada minggu pertama Mei.

"Namun, kami ingin memastikan bahwa kami melakukannya dengan cara yang sangat aman yang tidak memicu ekspansi Covid-19," kata Abbott kepada Fox Business Network.

Sedangkan Wali Kota Las Vegas, Carolyn Goodman mengatakan, lebih suka membuka kembali kotanya yang merupakan pusat perjudian. Meski begitu, dia ingin kasino dan bisnis swasta lainnya memilah langkah-langkah keamanan untuk diri mereka sendiri.

"Saat ini kita dalam krisis kesehatan. Dan agar restoran terbuka atau butik kecil terbuka, mereka lebih baik mencari tahu. Itu pekerjaan mereka. Itu bukan pekerjaan walikota," kata Goodman kepada CNN.

Gubernur Georgia, Brian Kemp, akan mengizinkan gimnasium, salon rambut, arena bowling dan salon tato serta pijat dibuka kembali pada Jumat (24/4). Pembukaan juga akan diikuti oleh rumah film dan restoran pada minggu depan.

Ketika debat tentang pembukaan kembali negara bagian atau kota semakin intensif di AS, muncul bukti baru bahwa virus itu bergerak melalui komunitas. Fakta ini menjadi bukti baru yang sebelumnya tidak diketahui.

"Apa yang dikatakan kematian ini kepada kita adalah bahwa kita memiliki transmisi komunitas mungkin pada tingkat yang signifikan, jauh lebih awal dari yang kita ketahui," ujar pejabat kesehatan di Santa Clara County, Kalifornia, Sara Cody.

Otopsi menunjukkan dua orang yang meninggal di rumah pada 6 Februari dan 17 Februari menunjukan pada Covid-19. Mereka menjadi korban AS yang paling awal diketahui dan mengindikasikan virus itu beredar pada awal Januari. Sebelumnya diperkirakan kematian pertama AS terdapat di negara bagian Washington pada 29 Februari.

"Dan itu menunjukkan bahwa virus itu mungkin diperkenalkan dan beredar di komunitas kita jauh lebih awal daripada yang kita ketahui," kata Cody.

Kematian akibat virus corona di AS telah melampaui 46.000, sementara kasus yang dikonfirmasi lebih dari 815.000. Kematian kemungkinan bisa mencapai 50.000 akhir pekan ini menurut prediksi yang dilihat pemerintah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement