REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Keputusan pemerintah Belanda untuk melarang event olahraga sampai 1 September dianggap bertentangan dengan langkah lainnya yang diambil tekait dengan pandemi corona. Asosiasi sepak bola Belanda (KNVB) mengatakan, tak lagi berharap bisa menyelesaikan musim kompetisi 2019/2020.
Padahal, rencanya kompetisi sepak bola di Belanda untuk dua divisi teratas dimulai lagi pada 19 Juni, meski tanpa penonton. Namun, perpanjangan larangan event olahraga selama tiga bulan mengancam keberlangsungan Eredivisie musim ini. Bahkan, FA Belanda kini sedang berkonsultasi dengan UEFA untuk menghentikan musim 2019/2020 lebih awal.
Hanya saja, keputusan tersebut dikritik oleh mantan gelandang tim nasional Belanda Jordi Cruyff. Ia yakin keputusan untuk memperpanjang larangan event olahraga terlalu dini dan bertentangan dengan langkah lain yang sudah dibuat untuk melawan pandemi.
''Saya pikir itu terlalu dini memutuskan apa yang akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus,'' ucap Jordi Cruyff, dikutip dari Sky Sports, Kamis (23/4).
Menurut anak dari legenda sepak bola dunia, Johan Cruyff, tersebut, virus corona membuat masyarakat juga ikut berubah, sehingga harus mampu fleksibel. Hanya saja, pemerintah Belanda dinilai mantan pemain Manchester United itu melawan keputusan mereka sendiri dalam beberapa hal.
Apalagi, kebijakan karantina di Belanda tidak seketat di negara Eropa lainnya. Menurut fia sekolah mulai dibuka secara bertahan pada Mei.
Namun di saat yang bersamaan, pemerintah mengumumkan sepak bola tidak boleh dimainkan tanpa penonton sampai 1 September. ''Saya melihat kontradiksi karena mereka membuat beberapa hal, santai dengan hal lain tapi kemudian melarang industri sepak bola untuk empat sampai lima bulan ke depan,'' ungkap Cruyff.