REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Pastor Samuel Gift Stephen membagikan makanan kepada para pekerja migran Singapura yang dikarantina karena infeksi virus corona. Setiap hari, Stephen yang menjalankan organisasi nonpemerintah, Alliance of Guest Workers Outreach (AGWO) setiap hari mengantarkan makanan ke asrama, di mana para pekerja dikarantina.
"Pengusaha semestinya menyediakan makanan untuk karyawan mereka. Beberapa dari mereka tidak memiliki pendapatan karena krisis ini," ujar Stephen.
Pemerintah telah meminta pengusaha untuk menyediakan makanan bagi para pekerja selama periode karantina. Pengusaha dapat menjalin kerja sama dengan organisasi nonpemerintah untuk memastikan kebutuhan makanan para pekerja terpenuhi.
Setiap hari, Stephen dan organisasinya menurunkan sejumlah kantong plastik yang berisi makanan dari belakang mobil van ke asrama. Dia mengirim makanan ke asrama para migran sebanyak dua kali sehari. Sebagian besar pekerja migran yang berasal dari Asia Selatan itu dengan senang hati menerima makanan yang dibagikan oleh Stephen.
Kementerian Tenaga Kerja Singapura mengatakan, organisasi non pemerintah seperti AGWO membantu memberikan 7.000 makanan per hari kepada para pekerja. Operator asrama mengatakan, bantuan makanan tersebut sangat membantu mereka selama periode yang sulit ini.
"Kami telah menghubungi semua pengusaha untuk memastikan bahwa makanan dan kebutuhan pokok mereka sehari-hari telah diurus. Pada saat yang sama, kami menghubungi organisasi amal untuk membantu menambah kekurangan," ujar Direktur RT Group, Eugene Aw yang mengelola beberapa asrama.
Singapura sedang menghadapi gelombang kedua penyebaran virus corona yang berasal dari pekerja migran. Lonjakan kasus baru virus corona di Singapura berkaitan dengan 323.000 pekerja migran yang tinggal di 43 asrama. Masing-masing asrama dihuni lebih dari 1.000 orang dan ada juga yang dihuni oleh 1.200 orang.
Kasus infeksi virus corona tipe baru atau Covid-19 dari pekerja migran pertama kali dilaporkan pada 8 Februari. Virus tersebut menyerang seorang pria Bangladesh berusia 39 tahun yang bekerja di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Dia telah mengunjungi Mustafa Centre sebelum dirawat di rumah sakit. Pria itu diketahui tinggal di asrama The Leo. Pihak berwenang telah mengidentifikasi Mustafa Centre sebagai titik awal penyebaran virus korona di kalangan pekerja migran.
Lima infeksi Covid-19 lainnya dikonfirmasi di lokasi pembangunan Seletar Aerospace Heights. Klaster pertama diidentifikasi pada 30 Maret dengan empat kasus infeksi di asrama S11. Kasus infeksi di asrama pekerja migran melonjak dengan cepat.