Semarang Sambut Awal Ramadhan dengan Kesederhanaan

Rep: S Bowo Pribadi/ Red: Ani Nursalikah

Kamis 23 Apr 2020 18:43 WIB

Semarang Sambut Awal Ramadhan dengan Kesederhanaan. Sejumlah anak membawa patung hewan imajiner warak saat mengikuti Karnaval Budaya Dugderan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, di Semarang, Jawa Tengah. Foto: Antara/R. Rekotomo Semarang Sambut Awal Ramadhan dengan Kesederhanaan. Sejumlah anak membawa patung hewan imajiner warak saat mengikuti Karnaval Budaya Dugderan untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, di Semarang, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Umat Muslim di Kota Semarang sambut datangnya bulan suci Ramadhan tahun ini dengan suasana cukup sederhana. Ramadhan –yang biasanya disambut dengan tradisi Dugderan— kali ini cukup ditandai dengan dengan acara yang sangat sederhana.

Sebagai penanda datangnya awal Ramadhan 1441 Hijriyah, Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi melakukannya dengan menabuh bedug Masjid Agung Semarang (MAS) atau Masjid Kauman, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (23/4).

Baca Juga

Prosesi tersebut hanya diikuti oleh Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, sejumlah perwakilan takmir Masjid Agung Semarang serta beberapa ulama yang ada di Kota Semarang. Sebelum prosesi tabuh bedug dilaksanakan, wali kota terlebih dahulu menmbacakan suhuf halaqah para ulama yang menyepakati awal bulan Ramadhan atau awal bagi umat Muslim untuk menunaikan ibadah puasa.

“Bagi warga Semarang, esensi dari tradisi budaya ini adalah pengumuman tak lama lagi umat akan melaksanakan ibadah puasa satu bulan penuh di bulan suci Ramadhan,”  ungkap Hendrar.

Ia mengatakan, karena berlangsung di tengah wabah Covid-19, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang menyederhanakan Dugderan, atau tradisi warga Kota Semarang dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Tidak ada pasar malam Dugderan, tidak ada pawai serta arak- arakan warak ngendog yang jamak digelar untuk memeriahkan tradisi Dugderan di jalan utama menuju Masjid Agung Semarang atau Alun- alun Semarang.

Walaupun dilaksanakan secara sederhana, warga Kota Semarang diharapkan juga bisa memahami, karena memang situasi yang memang tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan tradisi budaya yang sudah berlangsung sejak 1882 tersebut dengan berbagai kemeriahan.

Hal ini sekaligus untuk merawat agar tradisi yang selalu dihelat dalam menyambut awal Ramadhan tersebut terjaga. “Yang paling penting juga, walaupun sederhana tidak mengurangi niat warga Kota Semarang untuk menunaikan ibadah di bulan Ramadhan,” tambah Hendi.

Tak lupa, wali kota juga menitipkan pesan kepada seluruh warga Kota Semarang untuk melaksanakan aktivitas ibadah di bulan suci Ramadhan di rumah, sesuai dengan imbauan majelis Ulama Indonesia (MUI) maupun Pemerintah. Harapannya, momentum Ramadhan yang berlangsung ditengah pandemi Covid-19 kali ini bisa membuat warga Kota Semarang semakin khusyuk dalam melaksanakan ibadah di bulan Ramadhan.

“Semoga warga Kota Semarang ikhlas dan bisa lebih khusyuk dalam melaksanakan ibadah puasa kali ini, karena umat sedang mendapatkan ujian berupa Ramadhan di tengah situasi wabah Covid-19,” ujarnya

Perihal ini diamini oleh Takmir masjid Agung Semarang, KH Hanief Ismail. Sebab sejumlah kegiatan keagamaan yang biasanya digelar untuk menyemarakkan bulan penuh berkah di Masjid Agung Semarang juga tidak diadakan pada Ramadhan kali ini.

Kegiatan sholat tarawih di Masjid Agung Semarang untuk sementara ditiadakan selama masa pendemi Covid-19 ini. Pelaksanaan ibadah Ramadhan sementara dilaksanakan di rumah masing- masing.

Selama bulan suci Ramadhan juga tidak menggelar sholat Jumat. “Sesuai dengan imbauan Pemerintah, semua ini semata-mata mengurangi risiko penyebaran dan penularan Covid-19 sesuai dengan protokol kesehatan,” ujarnya.

Baca juga: Muslim Inggris Berlomba Hadirkan Masjid Mini di Rumah