REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Masjid Agung Keraton Solo tidak menyelenggarakan sholat tawarih berjamaah pada Ramadhan tahun ini untuk mencegah penyebaran virus corona atau Covid-19. Masyarakat diimbau sholat tarawih di rumah masing-masing.
Ketua Takmir Masjid Agung Solo, Muhtarom, mengatakan, Masjid Agung Solo menjelang Ramadhan mempersiapkan diri dengan pelayanan dan pengamanan bagi jamaah di tengah wabah Covid-19. Di antaranya untuk sementara waktu Masjid Agung Surakarta dalam kondisi meniadakan kegiatan yang mengundang massa antara lain sholat Jumat, tarawih bersama, buka bersama, sahur bersama, dan iktikaf.
"Demi kemaslahatan dan menghindari kemudharatan itu sementara waktu memang kami tidak memfasilitasi bagi mereka yang ingin tarawih di Masjid Agung," kata Muhtarom saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (23/4).
Menurutnya, hal itu sudah disosialisasikan dengan beragam cara. Misalnya, di depan Masjid Agung sudah dipasang pengumuman besar di halaman, kemudian pengumuman di media massa dan media sosial.
Nantinya, jika ada jamaah yang telanjur datang ke Masjid Agung akan diberi pengertian dan diarahkan sholat di rumah masing-masing. "Karena kalau Masjid Agung kalau iktikaf dibuka itu dari berbagai penjuru masuk semua, kami tidak bisa mengontrol kondisi kesehatan masing-masing sehingga dengan pertimbangan itu maka Masjid Agung Surakarta sementara waktu meniadakan itu," terangnya.
Selama ini, jumlah jamaah sholat tarawih di Masjid Agung mencapai hampir 1.500 orang. Sedangkah jamaah yang melakukan iktikaf jumlahnya lebih dari 2.000 orang setiap malam.
"Makanya kami tiadakan. Saat ini dalam kondisi prihatin, kami tidak ingin Masjid Agung menjadi basis penyebaran Covid-19," ujarnya.
Sementara untuk sholat berjamaah lima waktu masih dilaksanakan di Masjid Agung dengan mengacu protokol kesehatan, seperti penerapan social distancing dalam jamaah dengan mengatur jarak. Selain itu, setiap jamaah yang masuk ke Masjid Agung dipantau suhu bandannya. Ketika suhu badan melebihi standar normal maka dianjurkan untuk periksa ke dokter.
"Setelah sholat jamaah kami beri sosialisasi melalui pengeras suara kami sampaikan kepada jamaah yang sudah selesai mengerjakan sholat segera bisa menyelesaikan tugas dan tanggung jawab masing-masing kembali ke pekerjaan masing-masing," ujarnya.
Di sisi lain, Masjid Agung juga meniadakan kepanitiaan pengumpulan zakat fitrah. Sebab, jika kepanitiaan diadakan maka persepsi masyarakat pasti berduyun-duyun karena Masjid Agung menjadi tujuan utama terutama bagi kaum dhuafa.
Namun, dari sisi teknis takmir masjid tetap menerima ketika ada yang menyalurkan zakat di Masjid Agung. "Akan kami kelola, akan kami sampaikan kepada yang berhak menerima. Langsung kepada yang menerima, tidak melalui pembagian secara berjamaah," katanya.